Bagian 3

6 4 0
                                    

"Diberitakan bahwa negara cina sedang diserang virus mematikan. Beberapa orang terlihat tiba-tiba meninggal tanpa sebab yang jelas." Terlihat seorang wanita paruh baya sedang membawakan berita.

"Ya Tuhan lindungilah keluargaku. Lihatlah kalian berdua, sudah aku katakan jangan bermain dengan belalang kalian tidak percaya. Sekarang bencana sudah terjadi. Berdo'alah semoga virus itu tidak datang ke negara kita."

Aunur dan Abi hanya terdiam memperhatikan Aynu yang kini telah meninggalkan mereka berdua saja.

"Kamu harus sabar menghadapi ibumu. Ayah sudah berusaha mengubah pemikiran ibumu tapi mindset yang ditanam ibumu terlalu kuat. Ayah harap jika bukan ayah, kamulah orang yang akan mengubah pemikiran aneh ibumu. Anak ayah akan menjadi cahaya penyelamat untuk keluarganya dan orang lain."

"Aunur janji ayah. Aunur akan mengubah pemikiran ibu agar tidak menganggap belalang hewan pembawa bencana. Aunur akan berusaha semaksimal mungkin mengubah mindset ibu." Aunur menautkan jari telunjuknya pada jari telunjuk ayahnya.

***

Reaktif. Satu kata yang berhasil mengubah kehidupan Aunur dan keluarganya. Tidak ada lagi tawa, pelukan atau waktu bersama. Kata itu tidak hanya merebut waktu bahagia keluarganya tapi juga merebut sisi lembut ibunya. Kini hanya ada ibunya yang keras kepala.

Aunur masih ingat bagaimana sedih dan paniknya Aynu tadi melihat Abihail yang tiba-tiba jatuh pinsan di malam hari. Tidak ada mantri yang mau membantu karena takut terkena virus mematikan seperti yang terjadi di Korea. Meski sedih, Aynu berusaha tangguh. Berlari ke sana sini mencari pertolongan di malam hari. Beberapa rumah sakit sudah penuh dengan pasien yang melunjak membuatnya menggeram frustasi dibalik kemudi. Aunur yang berada di sisi ayahnya, hanya bisa menangis dan berdo'a agar ayahnya dapat diselamatkan.

"Aku memberikan seluruh waktuku untuk mengabdi pada semua orang. Mengobati mereka jika dibutuhkan tapi kemana mereka saat aku butuh." Aunur hanya bisa diam saja, tidak merespon atau menentang ibunya. Hal yang terpenting memikirkan bagaimana nasib ayahnya. Ibunya tidak salah, orang-orang memang egois hanya datang saat butuh lalu mencampakkan saat meminta bantuan. Mengemis pun tidak lagi dihiraukan. Mereka mencoba mendatangi satu persatu mantri yang ada namun hasilnya Nihil!

"Aku tidak bisa mengobatinya. Aku tidak mungkin mengorbankan semua nyawa disekitarku hanya untuk menyelamatkan satu nyawa. Ikhlas saja memang sudah waktunya ayahmu wafat." Menohok! Begitulah kata orang-orang yang bertingkah bagaikan kacang lupa kulitnya. Mereka bahkan tak membiarkan mereka turun, mereka berbicara melalui pengeras suara. Keterlaluan! Begitulah kenyataannya, ego melebihi segalanya.

"Tidak perlu mengkhawatirkan ayah. Ayah baik-baik saja, ingat jangan menyalahkan orang-orang. Kita semua sedang diuji." Meskipun dengan raga yang lemah ayahnya masih sempat menasehati anak dan istrinya.

Akhirnya setelah ke sana sini Aynu berhasil menemukan rumah sakit. Langsung diadakan pemeriksaan untuk Abihail ternyata hasilnya reaktif sedangkan Aynu dan Aunur hasilnya negatif. Penuhnya rumah sakit memaksa Abihail harus dirawat di rumah.

"Ayahmu reaktif nak. Kamu harus pulang dengan kendaraan lain sekarang juga. Biar ibu yang membawa pulang Ayahmu. Jangan lupa siapkan loteng dengan semua barang-barang ayah dan ibu. Semua barang-barang yang kita butuhkan saat masa isolasi," kata Aynu setelah keluar dari ruang pengetesan positif terkena virus atau tidak.

"Tapi Bu, aku ingin membantu ayah dan ibu. Ada saat kalian membutuhkan apalagi keluarga kita sedang kesulitan. Mengapa aku harus menjauh?" tanya Aunur sedih.

"Kamu adalah harapan kami satu-satunya nak. Kamu adalah satu-satunya alasan kebahagiaan yang ingin kita jaga. Jika satu orang tetap sehat di keluarga kita akan memudahkan kita jika membutuhkan barang-barang penting," sahut Aynu menasehati.

Jumlah kata : 550 kata

BALGIOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang