Bagian 4.

88 13 1
                                    

Jika ada istri dibalik kesuksesan suami
maka ada orangtua dibalik kesuksesan seorang putri

...Wita Apriani...
 
*

**
Malam dingin begitu menusuk kulit, hujan deras sedari sore yang mengguyur kota kembang baru saja berhenti menyisakan gerimis, tanah yang sehabis tertimpa hujan menguarkan aroma memabukkan nan menenangkan, bunga mawar yang merekah sempurna nampak semakin indah akibat terkena hujan, bunga-bunga matahari menunduk terbebani air hujan yang menyentuhnya, bunga-bunga yang lain tampak semakin sedap dipandang.

Suasana gelap sama sekali tidak mengurangi keasrian yang diciptakan dari berbagai tanaman yang ditanam dihalaman rumah, sebuah kolam ikan terletak disisi kanan rumah dekat dengan tembok pembatas. Sebuah mobil Taksi baru saja tiba di halaman rumah, cahaya dari lampu senter depan menerangi rumah dua lantai bergaya Eropa klasik, dan pekarangan rumah yang penuh dengan berbagai jenis tanaman.

Dua orang paruh baya keluar dari dalam rumah, seorang wanita berkerudung instan menutup dadanya dan seorang pria memakai koko dan sarung, terlihat seperti baru saja melaksanakan sholat. Ditangan seorang wanita terdapat sebuah payung, wanita itu memberikan pada pria disebelahnya-suaminya, pria paruh baya itupun membuka payung dan berjalan kearah mobil yang terparkir.

Seorang gadis membuka pintu mobil saat melihat papanya berjalan kearahnya dengan sebuah payung yang terbuka.

“Papa.” Gadis itu hendak memeluk sang Papa yang memegang payung.

“Nanti dulu peluknya, sekarang ayo masuk dulu.” Pria paruh baya itu melihat sopir yang mengantar putrinya, lalu mengetuk kaca mobil bagian depan, si sopir segera membuka jendela dan tersenyum.
Pria yang masih memakai sarung balik tersenyum. “Nak, makasih yah, mampir dulu kerumah kami.” Ajaknya, pada sopir tersebut.

Dengan nada merasa tidak enak, pak sopir yang tampak masih muda menggeleng. “Maaf pak, saya harus segera pulang, Ibu saya sendirian dirumah.”

“Yasudah, hati-hati ya nak.”

***

Wita dan kedua orangtuanya sedang berkumpul diruang keluarga, televisi yang menyala menayangkan berita terbaru, seorang presenter  sedang menceritakan kasus pemerkosaan yang terjadi hari ini. Ibu Wita-Halila, datang dari arah dapur membawa tiga cangkir teh dan beberapa kue kering dalam toples, lalu menyimpannya diatas meja dan ikut duduk disamping Witme. Sekarang, Wita berada ditengah antara mama dan papanya. “Kasus pelecehan semakin marak terjadi, Mama jadi takut ngebiarin kamu ngekost sendirian di Jakarta, apalagi kost-an kamu digabung sama laki-laki.” Ujar Halila menanggapi berita yang ditayangkan di televisi.

“Mama gak percaya sama teteh?” Sahut Wita sambil memberengut, namun tangannya bergerak mencomot kue kering dalam toples.

Halila mengelus kepala putrinya yang dibalut hijab dengan sayang.  “Nggak gitu teh, ya Mama khawatir, pria zaman sekarang banyak belangnya, liat yang bening dikit langsung sembrono.”

Papa Wita yang sedang memperhatikan berita selanjutnya sambil sesekali menyeruput teh, tampak tak ingin ikut andil dalam perbincangan kedua wanita tersebut.

“Pa, fokus banget si liat berita, kebiasaan!!” Wita semakin memberengut, tangannya dilipat didada. Aziz-ayah Wita segera meletakan teh keatas meja, tangannya menyampir dipundak putrinya, pria paruh baya yang masih memakai sarung dan koko itu tersenyum teduh, tangannya menyentuh kepala sang putri yang tertutupi hijab, sama seperti yang dilakukan Halila semenit yang lalu.

“Kenapa si?” tanya Aziz dengan suara yang meneduhkan.

Wita yang masih merajuk, menunjuk mamanya dengan mulut yang dimajukan, membuat Aziz terkekeh.

Kuy Otw Kua (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang