Bagian 16

63 13 2
                                    

Bahagia itu ketika melihat seseorang tersenyum atas uluran tangan kita terhadapnya, karna bahagia tidak akan abadi jika tidak dibagikan

Kuy otw kua

***
Jantung berdegup kencang adalah yang sedang dirasakan oleh seseorang yang sedang menyampirkan helm dijok motornya. Khalid, pria yang memakai celana jeans hitam dan kaos longgar baru saja tiba di kediaman Wita.

Sedangkan didalam rumah tersebut, terjadi obrolan antara ibu, ayah, dan anak.

“Ini mau dianterin kapan Ma?” Tanya Wita, tangannya bekerja memasukkan makanan dalam box ke dalam kardus.

“Jam empat, Papa ajak teman Papa.” Jawab Aziz, dia sedang mengerjakan hal yang sama dengan Wita.

“Papa ajak siapa? Kiyai Akbar? Atau Ustadz Abbas?” Kini Halila yang bertanya, kakinya diluruskan sampai melewati kolong meja, wanita yang mengenakan hijab instan panjang itu tidak turut membantu, dia merasa lelah mulai dari masak, dan memasukan makanan ke box.

“Bukan, mereka kan jauh, ini teman baru Papa yang mau datang.” Jawab Aziz.

Sedang asik dengan kegiatan menata nasi kotak, suara ketukan pintu mengalihkan fokus ketiganya. Wita langsung berdiri hendak membukakan pintu. Aziz tersenyum tipis, dia tahu siapa yang datang.

Wita menegang sesaat pintu terbuka, melihat siapa yang berdiri dihadapannya, tangannya memegang erat kenop pintu. “Kh-kha-lid.” Ujar Wita terbata, dia kaget, kenapa pria itu tiba-tiba datang  ke rumahnya.

Sedang, Khalid menatap Wita datar, lalu menjawab. “Iya ini saya.”
Kiai Aziz yang melihat Wita tak kunjung mempersilahkan tamu masuk pun bertanya.  “Teh, siapa yang datang? Ko gak disuruh masuk?”

Wita menengok kebelakang sebentar untuk menjawab pertanyaan papa-nya. “Khalid.” Jawabnya dengan nada biasa. Lalu Wita kembali melihat Khalid yang masih berdiri tegak, seperti ada yang berbeda dari Khalid, lalu Wita melihat ke bawah. Celana Jeans dan sepatu hitam, sesuatu yang baru pertama kali Wita lihat terpasang di tubuh Khalid. “Masuk.” Ucap Wita, lalu membuka lebar-lebar pintu rumahnya. Khalid melangkah masuk melewati Wita.

“Eh nak, udah dateng, udah sholat Ashar?” Tanya Kiai Aziz, lalu menerima salim dari Khalid.

“Alhamdulillah sudah Pak.” Jawab Khalid, kemudian mengatupkan kedua tangannya di dada pada Halila, Halila melakukan hal yang sama, dia kira yang datang adalah Aji.

“Alhamdulillah kalo sudah, sini duduk.” Aziz menepuk tempat duduk disebelahnya yang kosong, yang sebelumnya Wita duduki. Khalid menurut kemudian duduk disebelah Aziz.

“Biar saya saja Pak.” Khalid hendak mengambil alih kardus yang berisi makanan yang tadinya akan dibawa Aziz, namun Kiai Aziz menolaknya halus.

“Tidak usah, biar Bapak saja, kamu bawa yang itu saja.” Khalid melihat dua kardus yang terpisah diatas meja, lalu tangannya mengangkat satu kardus, karena merasa ringan, Khalid menumpuk dengan satu kardus lagi.

“Satu-satu aja nak.” Ucap Aziz, yang melihat Khalid mengangkat dua kardus sekaligus.

“Tidak apa-apa.” jawab Khalid, dia mengikuti langkah Kiai Aziz yang berjalan keluar, Khalid kembali melewati Wita yang masih berdiri ditempat yang sama.

“Taruh disini saja nak.” Khalid meletakkan kedua kardus didalam bagasi, sesuai yang diucapkan Aziz. Kiai Aziz melihat pada putrinya yang memperhatikannya dan juga Khalid

“Teh, ayo, nanti keburu malem, ajakin Mama.”
Wita hanya mengangguk kemudian masuk kedalam. “Ma, ayo, kata Papa nanti keburu malam.”

Kuy Otw Kua (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang