Bagian 12

71 8 0
                                    

Seperti hadirnya semilir angin di tengah gersang yang mencipta sejuk kehadiranmu di tempatku membuat kegersangan hati kembali sejuk.

Khalid Putra Walid

****
Cinta itu bisa merasuk kedalam jiwa manusia kapan saja, cinta datang bisa kapan, dimana dan pada siapa saja, cara mendapatkannya pun gratis, tuhan yang sudah mengaturnya dengan baik-baik, maka berbahagialah yang tengah merasakan cinta, entah pada keluarga, sahabat, masyarakat, atau seseorang yang baru dikenal, begitulah cinta, tak ada kalimat yang dapat mendefinisikannya, tak ada bibir yang mampu menjelaskannya.

Hanya ada hati dan tindakan yang menunjukan seberapa besar cinta yang dipunya.

“Lid,” Khalid mendongak untuk melihat siapa yang memanggil, kepalanya mengangguk setuju.

“Yes!!”

“Gratis ya Lid?” Ungkap seseorang itu lagi.

“Iya.”
“Makasih bestie kuh.”

“Najis!!”

Aji terbahak-bahak mendengar kata yang  diucapkan Khalid, siang ini mereka sedang berada di toko buku Khalid, makan siang dengan nasi goreng ala kadarnya buatan Aji. “Lo terlalu gentle sampe lo lupa kadang lo butuh buat alay,” ujar Aji masih dengan tawanya.

“Lanjutin makan-nya Lid, gak kasian lo sama gue yang udah rela-rela masakin buat lo?” lanjutnya lagi, nasi goreng yang disiapkan untuk Khalid hanya dimakan seujung sendok saja.

“Gue gak minta masakin lo buat gue Aji, dan nasi goreng buatan lo itu asin banget, pengen kawin lo?” Ucap Khalid, dia sibuk dengan komputernya.

“Ya kawin tinggal kawin, apa susahnya?” jawab Aji santai.

“Yaudah cari calonnya, lama-lama lu suka sama cowo!”

Aji menggeleng, tidak menyangka terhadap ucapan Khalid.

“Pulang sana! Bukannya lo ada jadwal ngajar hari ini!!” Ucap Khalid memerintah,  dia sibuk dengan layar di komputernya, layar komputer lebih sedap dipandang dibanding wajah menjijikan Aji yang terus menggodanya.

“Cieeee, sampe inget jadwal ngajarnya abang Aji.” Wajah Aji dibuat seimut mungkin, membuat Khalid semakin muak mendengar sahabatnya yang memiliki sifat berubah-ubah, dalam sekejap bisa humoris, lalu dewasa, penyabar, dan menjijikan seperti sekarang. Aji seolah mempunyai seluruh sifat manusia.

“Aji pulang sana!! Tu buku lo bawa, gue kasih gratis, lagian udah bekas gue baca.” Suruh Khalid lagi yang sudah enek melihat wajah menjijikan Aji.

Aji mengambil buku bersampul hijau, buku dongeng yang akan ia ceritakan pada pasiennya. “Gue pamit dulu Lid, kena semprot mulu gue disini, padahal gue tadi becanda, bye Lid Assalamualaikum.” Khalid menjawab pelan salam Aji, lalu menghembuskan nafas pelan melihat bekas makan, Aji yang makan dia yang harus merapihkan bekasnya.

“Lid Khalid!!” Teriakan terdengar jelas di telinga Khalid. Setelah mencuci tangan dan mengeringkannya dengan baju yang dia kenakan lecek, membuat baju yang sudah lecek semakin lecek, Khalid berjalan kedepan dimana seseorang menanggilnya.

Wanita yang memegang buku cukup tebal melongo melihat seorang pria berjalan menghampiriny, dia merasa flashback ke kejadian beberapa minggu lalu, saat dia datang ke tempat yang sama dengan sambutan yang sama pula. Pria berbaju lecek dan kacamata yang bertengger diujung hidungnya menyapa laki-laki yang  tadi berteriak memannggil.

Kuy Otw Kua (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang