R A I L A_1.2_

191 25 2
                                    

JANGAN LUPA VOMENT
HAPPY READING

Apartemen..


Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Hujan diluar semakin deras dan Raila berakhir di dalam apartemen Digeo. Menggunakan baju kaos kebesaran dan celana kain milik Diego.

Keduanya duduk di sofa dengan pikiran masing masing. Diego memperbaiki letak kaca matanya dan perlahan menoleh kearah Raila. Wajah gadis itu sangat datar membuat Diego bingung akan melakukan apa. Diego pun mulai berpikir dan terlintas sesuatu dalam  pikirannya.

"Kamu udah makan?" tanya Diego. Raila menoleh. Bagai Dejavu pertanyaan kedua dirinya berada disini. Raila mengagguk kecil, sejujurnya Raila juga butuh asupan.

"Aku masakin ya?." tawarnya. Raila mengagguk lagi.

Diego menuju dapur membuka kacamatanya dan tak lupa soflen berwarna hitam yang selalu di pakainya. Memakai kacamata anti radiasi agar matanya tidak rusak. Setelah kedua benda penghalang itu terlepas Diego mulai mencari bahan masakan apa yang bisa untuk dimakan. Tapi nihil. Hanya ada mie instan disana, pembantunya belum datang untuk mengisi bahan dapur.

Diego pun berinisiatif untuk memasak mie instan. Setelah masakan selesai Diego kembali memakai kontak lensanya beserta kacamata bulatnya. Setelahnya mengangkat mie beserta alat masaknya menuju ruang tengah.

Raila menunggu dengan dan tak lama Diego muncul dengan mie instan nyatanya. Raila berbinar dan perutnya sudah demi daritadi, setelah kehujanan dan makan Mie adalah kenikmatan tersendiri.

"Cuma ada Mie. Makan ini aja ya?." Diego merasa tak enak dengan Raila. Dan Raila menatap tajam pada Diego.

"Setidaknya ini makanan yang layak di makan, kan?" tanyanya datar. Diego mengulas senyum tipis. Ternyata Raila sabgat sederhana.

Raila mengambil sumpit dan mengakuk. Mengambil mie nya dan mulai makan dengan lahap. Diego melakukan hal yang sama.

Keduanya selesai bersamaan. Raila meneguk minuman bersoda dalam kaleng sebelum Diego menegurnya.

"Nanti kamu sakit perut Rai." tegur Diego. Raila meremas kaleng kosong ditangannya
Dan menatap Diego datar.

"Telat."

Diego menggeleng pelan, heran dengan tingkah Raila. Hujan semakin deras bersamaan dengan suara petir. Raila melirik arlojinya, jam setengah dua belas malam. Tentu tidak bisa pulang dalam keadaan seperti ini.

"Gue nginap disini." celetuknya tiba tiba. Diego membola dan mengerjap polos, menatap Raila tak percaya.

"Kamu serius?."

"Kenapa? Gak boleh?."

Diego menggeleng cepat, masih tak percaya jika Raila akan menginap di rumahnya.

"Kamar lo berapa?" tanya Raila bangkit dari duduknya.

"Satu." jawab Diego. Raila mengetuk jari telunjuknya di dagu seraya berpikir.

"Gue tidur di kamar. Lo di sini." katanya tanpa beban, tidak memiliki dosa sama sekali.

Diego mengangguk tanda setuju, tak membantah permintaan Raila sama sekali.
Raila menjentikkan jarinya. "Poin pertama untuk lo bisa seutuhnya jadi pacar asli gue." seru Raila dengan gamblang. Diego menatap Raila tak percaya.

"Poin pertama?" beonya. Raila mengangguk cepat.

"Lo harus bisa ngumpulin 30 poin dalam waktu 25 hari sebelum masa taruhan gue selesai, terhitung hari ini." jelasnya Sembari bersedekap dada. Diego mengangguk menyetujui.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang