JANGAN LUPA COMENT
Happy Reading
Raila merasa kesal pada dirinya yang tak bisa mengontrol Ai yang sangat agresif. Akan sangat bahaya jika sempat Ai memaksa Gerry untuk membunuh, Raila merasa bersalah kepada Gerry.
Raila berdiri dan menyimpan pisau kecil yang berabjad B.A.D itu lalu berdiri di depan Rak yang terdapat banyak bentuk senjata dan pistol, namun terpisah dengan peluru nya. Hanya menjadi hiasan bagi Raila. Pistol dari berbagai bentuk dari seluruh dunia yang dijadikannya koleksi. Dan didalam laci terdapat surat ijin untuk setiap pistol dan senapan yang dimilikinya. Raila mengambil belati kecil dengan ukuran namanya. RAILA A.D. begitulah tulisan rapi yang terdapat disana. Setelah memasukan belati itu kedalam sakunya. Raila menuju rak sepatu dan memakinya.
Raila telah rapi dengan seragam sekolahnya. Mengambil tas sekolahnya yang berukuran kecil. Lalu turun ke lantai bawah.
Raila turun ke lantai bawah dan seluruh keluarga besarnya sedang berkumpul. Raila duduk di sebelah Aurora, kakak sepupunya dan cucu dari kepala sekolah.
"Kemana lo semalam?" tanya Aurora saat Raila baru saja duduk. Raila menoleh dengan wajah datar dan tak mengubris kakak sepupunya, Aurora melongo.
"Astaga! Lo nyebelin banget!". Geram Aurora ingin mencakar wajah dingin Raila.
"Emang gitu kali, banyakin sabar lo". Celetuk Raka dari meja seberang. Raila acuh malas berdebat.
"Raila mana kunci gue?". Tanya Raka kesal karena Raila yang asal bawa tanpa meminjam. Raila berhenti mengunyah dan berpikir sejenak. Raila berdecak sebal. Sial mobil Raka tertinggal di markas.
"Ketinggalan".
Raka membola seketika dan menatap Raila emosi.
"Lo! Udah minjem gak tau balikin! Gimana mobil gue!!" hiateris Raka membayangkan mobil satu satunya harus menghilang. Raila melirik sinis.
"Bacot! Pake mobil gue!" ketus Raila berdiri dari duduknya. Raila melempar kunci kepada Raka yang dengan senang hati di Terima pria itu dan Raila mulai menyalami Bryan Opa nya dan mengelilingi mereka semua untuk bersalaman. Raila berhenti di depan Aurora yang sudah menyodorkan tanganya menyuruh Raila mennyalaminya. Raila membalas salaman itu lalu menekan kuat tanganya membuat Aurora berteriak kesakitan.
"Setan lo Raila!! Remuk tangan gue!!!". Teriaknya mengibaskan tanganya yang memerah dan mati rasa. Raila memang tidak berakhlak.
*****
Jam pertama dimulai. Afay tidak masuk karena sakit dan kini Raila duduk sendiri di pojok. Raila melihat Kesamping, jendela yang langsung mengarah pada lapangan. Pandangannya kosong menerawang.
Cit
Kursi tergeser dan seorang duduk disana. Raila menoleh dan mendapati senyum manis Diego di pagi hari.
"Pagi". Sapanya tersenyum manis.
"Hmm". Bals Raila acuh dan fokus kedepan papan tulis.
"Kamu udah denger tentang Olimpiade Rai?" tanya Diego membenarkan letak kacamatanya. Raila menggeleng malas.
"Kamu sama Aku di pilih untuk wakilin sekolah". Jelas Diego menunjukkan kertas seperti undangan kearah Raila yang melirik malas.
"Gue? Fatih?" tanya Raila datar. Seharusnya Fatih karena Raila yang jarang ingin ikut dan Diego yang selalu menjadi pilihan kedua jika juara satu dan dua tidak bisa. Diego melirik kemeja Fatih yang kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAILA
Teen FictionSQUEL KEDUA (My Sweet Boyfriend (Bara, Mila, Kenath, Maya)) cantik dan pintar. dua kata yang mampu mendeskripsikan seperti apa sosok Raila. hidup dalam keluarga kaya dan Harmonis. namun sayang, Raila memiliki sifat dingin dan Beku seperti ayahnya...