Lima hari sebelum ultah Juna.
"Tumben banget lu mau gue ajak buat nonton bareng" ucap Juna disela jalanku bersamanya
"Refreshing aja sih sebenarnya"
"Masa"
"Iya, lagian gabut juga kalau dirumah mulu"
"khemmm" angguk Juna setelah mendengar jawabanku.
Setelah beberapa hari lulus sekolah tidak ada aktivitas apapun Jihan juga gak main kerumah biasanya dia gak pernah tuh gak apel.
Aku berjalan dengan menggerakkan kedua tanganku maju mundur sembari menikmati angin sore ini.
Melihat kendaraan yang lalu lalang dan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi didepan kami.
Pohon yang rindang disepanjang jalan menjadi hal sejuk yang nyaman untuk dinikmati sore hari begini.
Saat aku hendak mengayunkan tanganku lagi, dengan tiba tiba Juna menahan pergelangan tanganku.
Yang tadi tangannya hanya menggenggam pergelangan tanganku perlahan mulai turun untuk menautkan jari jemarinya padaku
Aku yang melihat pergerakan sesuka hatinya itu hanya bisa diam dan memandang kearahnya yang lagi lagi tersenyum kearahku.
Aku tau dia murah senyum, dan hal itu mengurungkan niatku untuk memakinya.
Enak saja main pegang pengang gak baik tau.
Iya gak baik, buat hati aku khususnya.
Soalnya setiap perlakuan manis Juna mampu membuatku susah untuk bernafas dan mengontrol detak jantungku.
"Jantung lu bunyi yah?" seru Juna yang langsung menyadarkan ku, tapi tak melepaskan tautan tangan kami
"Apaansih" jawabku membuang muka
"Kalau jantung lu gak bunyi, mati dong lu Na" racaunya yang membuatku malu ditempat.
Ngapain coba dia pake nanya begituan. Haduh gak tau lagi deh gimana dengan wajah ku sekarang.
"Kok muka lu merah?" Ucapnya yang ngebuat aku nunduk merasa malu.
Walaupun aku dalam keadaan menunduk begini bukan berarti aku gak tau kalau dia lagi ngetawain.
"yaudah ayo jalan nanti kemaleman lagi sampenya" ajaknya tanpa memperdulikan aku lagi.
Juna terus menuntun jalanku dalam genggamannya dan aku terus saja menunduk tak berani menatap kedepan.
"Nana lu jangan nunduk mulu, cantik lo gak keliatan" henti Juna pada langkah kami.
Aku tetap tidak peduli dengan ucapannya, ku abaikan saja.
Sekarang Juna berdiri tepat berada didepanku dengan leluasanya dia dapat melihat rupaku apalagi ketika aku akan mendongak.
Saat ini mungkin dia hanya melihat rambutku yang sedikit menutupi wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary [Jun-Sana]
РазноеCerita pertama aku, yang terinsipirasi dari salah satu author yang sangat ku senangi. Dari orang itu aku punya mimpi pengen jadi penulis hebat kaya dia. Tapi yang pasti apapun akhirnya mungkin itu yang terbaik, aku tidak memaksa diriku untuk menjadi...