🥀31. Ungkapan Yang Terlambat

34 17 13
                                    

🎼Ost || tolong isikan wkwk.

Btw spill lagu yang akhir akhir ini kalian denger dong, bosen nih dengerin joox dengan lagu yang itu itu aja.

Aku berdiri, bersebelahan dengan Mamah kak Jeffran aku pikir teman yang mana Mamahnya kak Jeffran kenalkan padaku, ternyata temen yang ia maksud adalah orangtuanya Juna, ini bukan teman namanya tapi ipar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berdiri, bersebelahan dengan Mamah kak Jeffran aku pikir teman yang mana Mamahnya kak Jeffran kenalkan padaku, ternyata temen yang ia maksud adalah orangtuanya Juna, ini bukan teman namanya tapi ipar.

Aku berdiri mematung, dengan tangan yang terus berada dipergelangan tangan orangtuanya kak Jeffran.

Aku ingin melepaskannya tapi wanita yang berdiri disampingku ini terus meletakkannya untuk tetap berada disana.

"Sofia aku mau kenalin pacar nya Jeffran kek kamu" seru Mamah kak Jeffran pada Wanita yang berdiri didepannya memandangku tak suka.

Walaupun begitu aku tetap tersenyum ramah padanya.

"Namanya Nana, cantikkan. Pilihan anak aku emang gak pernah salah" pujinya padaku.

"Dia?"

"Iya emang ada siapa lagi disini"

"Ada aku tante" sahut seseorang dibelakang sana yang suaranya tidak familiar ditelingaku.

Aku berbalik arah untuk melihatnya diikuti oleh Mamahnya Kak Jeffran.

"Eh Tzoya kamu ternyata" ungkap Mamah kak Jeffran atas kedatangannya.

Bukan hanya sendiri dia bersama dengan Juna, menggandeng lelaki itu dengan erat.

Aku yang tadi melihat kearah mereka sekarang beralih hanya melihat kearah Juna.

Tidak ada senyum diwajah itu sekarang, beda dari waktu sebelumnya yang terlihat sangat bahagia.

"Kalian memang pasangan yang serasi" ucap Mamahnya kak Jeffran menghentikanku untuk tidak melihat padanya.

"Oh,yah. Tante mau ngenalin sama kalian pacar baru Jeffran namanya Nana" kenal Mah kak Jeffran pada dua orang itu dengan senyuman yang tak henti dari sudut bibirnya.

Apa keluarga mereka memang sangat senang tersenyum?. Kalau memang ia pantas saja

Sejak kenal mereka aku juga suka ikutan tersenyum walaupun senyum itu mengandung maksud kesedihan.

"Aku kenal dia tante, senang bisa ketemu kamu lagi Na."

Aku hanya mengangguk tanpa ingin mengatakan apapun.

"Ternyata kalian sudah saling kenal?, Aish anak itu kenapa dia baru ngenalin kek tante. Tadi dia juga enggan buat ngenalin astaga tante bingung banget sama dia" keluh Mamah kak Jeffran.

"Yaiyalah dia enggan, siapa juga yang mau punya cewek kaya dia" julid sofia didalam hatinya.

"Tante aku mau kebelakang sebentar"

"Iya sayang"

Aku meninggalkan mereka, aku tidak sanggup untuk terus mendengarkan ucapan Mamah kak Jeffran yang terlihat sangat senang akan kehadiranku disisi anaknya.

Itu semua tidak benar, aku harus mengatakan yang sebenarnya pada orangtuanya kak Jeffran bahwa ini salah paham.

"Nana" terdengar seseorang memanggil namaku.

Belum aku berbalik dia sudah lebih dulu berdiri disampingku.

"Apa bener lu pacarnya Jeffran?"

"Orang yang lu suka itu Jeffran?"

"Terus, Waktu dibus itu lu juga ngeliatin Jeffran?"

Pertanyaan bertubi-tubi dari Juna membuatku untuk melihat kearahnya.

Kenapa dia harus menanyakan hal itu. Dan tidak ku sangka di bus itu dia juga melihat kak Jeffran

"Iya" jawabku atas dua pertanyaan terakhirnya

Juna mengangguk sebentar, "Jeffran emang orang yang tepat buat lu" liriknya padaku.

Aku memang menyukai kak Jeffran tapi itu dulu sebelum kenal kamu.

"Na, lu gak ngucapin happy birthday buat gue?" tanyanya yang kini sudah benar benar menghadapku.

"Happy birthday" senyumku.

"Mana kado gue?"

"Kado, cukup gue dateng itu udah jadi kado dari gue"

"Kalau lu datang tapi gak bawa kado buat apa" cibirnya dengan memberengut padaku.

Bagaimana bisa aku tidak sedih atas pertunangan Juna dengan Tzoya sedangkan dia masih bersikap begini padaku padahal ia sudah jadi milik orang lain.

"Gue harus pergi gak enak diliat sama orang apalagi Tzoya, kita berduaan begini"

"Kalau gak enak tinggal kasih gula sama garem jadi enak deh"

"Juna gue gak mau bercanda gue harus pergi"ungkapku tapi bukannya berhenti untuk mendatangi lelaki itu malah menghadang jalanku.

"Gue mau kado dari lu"

"Iya nanti gue kasih, tadi gue kelupaan"

"Gue gak mau nanti gue mau sekarang!"

Apa?, Aku gak salah denger sekarang apanya beli kado berarti mengharuskan aku untuk pergi dulu terus balik lagi ke sini ya gak mungkin lebih baik aku tidak datang lagi kesini.

"Gue gak bisa"

"Bisa"

"Emang lu mau apa?" tanyaku yang kelewat sebal atas tingkahnya.

Juna menunjuk sebelah pipinya, menunjukkannya didepan wajahku.

"Satu ciuman sebagai kado buat ulang tahun gue"

Apa dia gila, tidak mungkin aku melakukan hal itu.

"Cukup Juna, lu ngaco tau gak sih" sungutku lalu berjalan melewatinya.

"Nana GUE SUKA SAMA LU"

Langkah kakiku langsung terhenti ketika mendengar teriakannya barusan.

"Gue serius" lanjutnya

Aku yang kini berdiam ditempat tak kuat untuk melihat kearahnya, dengan perasaan yang tak ku tau apa aku memilih pergi lalu menjauh.

Bagaimana mungkin seseorang yang sudah bertunangan dengan orang lain masih bisa mengatakan bahwa ia menyukaiku.

Dan dari sini aku tau kalau Juna juga menyukaiku bukan hanya aku saja yang menyukainya. tapi ungkapan itu sekarang sudah  tidak berguna lagi setelah kenyataan yang terjadi beberapa menit yang lalu.

BERSAMBUNG.

Gimananih?, tolong perbaiki kalimat yang kurang tepatnya yah.

Satu chapter lagi tamat besti.
Gak nyangka ya cepet banget

Temporary [Jun-Sana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang