🥀23. Salahku 🥀

44 33 6
                                    

🎼Ost lagu cari sendiri dah

Juna dan beberapa perawat rumah sakit berlari membawa Tzoya keruangan IGD menggunakan Stretcher untuk segera mendapat perawatan karena luka parah yang dialami wanita itu.

Tidak peduli lagi dengan keadaannya sendiri yang bisa dikatakan penuh dengan banyak noda darah dari Tzoya.

"Maaf anda hanya bisa mengantarnya sampai sini" ucap salah satu perawat menghentikan dorongan Juna pada stretcher ketika sudah sampai didepan ruang IGD.

"Jangan khawatir kami akan menanganinya semampu kami" tambah perawat itu sebelum menutup pintu menyisakan Juna seorang diri dengan penuh kekhawatiran.

Entah sudah berapa lama Juna bolak-balik, lalu duduk dibangku yang ada didepan ruangan sembari menutup wajahnya dengan telapak tangan, merasa cemas.

Rasa bersalah itu terus muncul dibenaknya, seandainya Tzoya tidak melihatnya bersama dengan Nana pada hari itu mungkin ini tidak akan terjadi.

Semua ini salahnya

Juna terus berkutat dengan pikirannya sendiri, sampai tak menyadari kedatangan kedua orang tua Tzoya.

"Kamu" panggil ibunya Tzoya yang sudah berdiri didepannya.

Juna mendongak menatap wajah marah ibu Tzoya lalu bangkit berdiri.

Plakk

Satu tamparan tepat mengenai wajahnya yang kusut dan penuh noda darah.

Juna memegangi wajahnya yang baru saja terhuyung kesamping akibat ditampar lalu menatap wajah marah ibu Tzoya.

"Yang saya lakukan belum seberapa dengan apa yang terjadi terhadap anak saya karena kamu" bentak Dara ibunya Tzoya.

Juna hanya diam mendengarkan ucapan ibu Tzoya yang benar adanya.

"Kalau saja perjodohan itu tidak dilakukan semua ini pasti tidak akan terjadi hiks.." tangis Dara pecah wanita itu berpaling dari hadapan pria yang baru saja ditamparnya, menghampiri suaminya dan bersandar didada bidang sang suami.

"Kamu adalah lelaki jahat yang pernah saya temui" ucapnya dibalik dada sang suami.

Suami Dara berusaha menenangkan sang istri agar tidak terus memarahi Juna.

Karena sebenarnya ini bukan salah Juna tapi salah putrinya sendiri tidak melihat kesekeliling saat hendak menyeberang.

"Sudah sayang berhentilah untuk bersikap kasar padanya, ini tidak sepenuhnya salah Juna"

"Apa mas!, Dia penyebab kecelakaan ini terjadi." Sungut Dara menatap tajam wajah suaminya.

Dara mendekat kearah Juna menatap lekat wajah pria itu dengan penuh emosi.

"Kalau saja dia sadar akan posisi dia sekarang yang sudah akan bertunangan dengan anak kita dia tidak mungkin menumui wanita lain lalu..." Dara tidak cukup kuat untuk melanjutkan ucapannya.

Rasanya dadanya sesak untuk mengatakan hal itu, hal yang dia dengar dari putrinya sendiri sebelum bertemu dengan Sofia besoknya, apalagi sang putri yang melihat secara langsung.

"Juna minta maaf tante atas perbuatan Juna" ucap pria itu tertunduk.

"Apa maaf kamu bisa menyelamatkan nyawa anak saya?"

"Kamu tau anak saya sedang bertaruh nyawa didalam sana kan?"

"Juna tau, maka dari itu Juna minta maaf"

Dara menarik nafasnya dalam lalu membuangnya kasar, berjalan melihat putrinya dari balik kaca diluar ruangan yang sedang ditangani oleh dokter dan perawat disusul dengan suaminya yang kini sudah ada disamping, menghiraukan permintaan maaf Juna.

"Tzoya" gumam Dara menatap kasian akan putrinya.

"Sudah Mah, anak kita itu wanita yang kuat dia pasti akan bertahan" ucap sang suami

Usai menenangkan sang istri Vandra ayah Tzoya melirik kearah Juna lalu mendekatinya yang masih tertunduk ditempat.

"Juna pulanglah, kau perlu membersihkan dirimu" tepuk ayah Tzoya pada bahu Juna.

Juna yang melihat sikap tenang ayah Tzoya malah semakin bersalah atas sikapnya pada anak lelaki tua yang berdiri disampingnya sekarang.

"Tapi om"

"Pulanglah, ada kami yang menjaga Tzoya disini. Kami orang tuanya" ucap Vandra tulus tanpa rasa emosi.

"Om" ucap Juna memandang lelaki tua itu.

"Tolong maafin Juna. atas apa yang sudah Juna perbuat" lanjutnya

"Ini semua bukan sepenuhnya salah kamu, jadi pulanglah tidak perlu untuk terus merasa bersalah"

Baru saja Juna ingin menyahut ucapan ayah Tzoya, tapi tak jadi karena perlakuan lembut Vandra yang kembali menepuk pelan pundaknya mengisyartakan dirinya untuk segara pulang.

Dengan wajah tersenyum Vanda meninggalkan Juna dan kembali ke istrinya yang sudah duduk di salah satu bangku.

BERSAMBUNG.

tolong banget buat readers tercinta
berikan tanggapan kalian akan part ini.

Karena saya sangat membutuhkan masukan dari kalian.

Jujur part ini melenceng dari cerita temporary yang dulu pernah gue ketik sebelum diulang.

Bagian yang kayak gini tuh kagak ada sebenarnya. dan cerita ini benar benar menguras emosi gue. gue berpikir keras gimana caranya supaya dapet feelnya pas ngetik.

Jadi gimana dapat gak feelnya, ini bener bener pertama kalinya gue berhalu yang kek gini.

Biasanya haluan gue itu tentang membangun rumah tangga sama yayang Hendery, yang humor atau engga yah soswit lah tapi yang kayak gini kagak ada

JADI TOLONG PART INI KOMENT AJA GAK USAH VOTE.

KALAU VOTE DOANG TANPA KOMENT HATI HATI MALEM NANTI LU NGELIAT ORANG JALAN GAK PAKE KEPALA.

Temporary [Jun-Sana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang