Bagi banyak orang yang tak memiliki pasangan alias jomblo, malam minggu lebih baik dihabiskan di rumah. Tak selamanya jomblo merasa kesepian, bisa saja malah lebih ramai sebab ditemani drama-drama luar negeri, atau menghabiskan malam akhir pekan dengan keluarga.
Sabiya sendiri sudah menyusun rencananya untuk malam ini sejak jauh-jauh hari. Mulai dari sehabis isya, ia akan maraton menonton drama Korea Whats Wrong with Sekretaris Kim. Besok pun libur, sungguh puasnya malam minggu kali ini.
Nyatanya, tak semua rencana bisa direalisasikan. Tepat pukul enam sore lebih tiga menit, Revi menelepon, mengajaknya berjalan-jalan membeli seblak taman kota. Awalnya ia ingin menolak sebab sedang mager berat. Ditambah perutnya yang terasa nyeri sejak Jumat lalu yang tak kunjung hilang, membuatnya berpikir akan menggunakan alasan tersebut untuk menolak ajakan sang kekasih.
Namun, otak dan hati tak selalu sependapat. Boleh jadi otak menyuruhnya rebahan, menghabiskan sabtu malamnya dengan malas-malasan, tetapi hatinya berkata lain. Menuntun Sabiya bergerak mengambil handuk dan bersiap-siap untuk ketemuan.
"Udah sampai?" tanya Sabiya mengapit ponselnya di antara bahu dan telinga sebab tangannya sibuk mengenakan pakaian.
"Jalan-jalan sebentar aja, yuk. Aku lagi lemes," pinta Sabiya. Sedari tadi, itulah yang dikatakan olehnya. Tak peduli mengusik hati Revi, kali ini ia ingin mengungkapkan keinginannya.
Lawan bicaranya diam, keheningan di antara keduanya tiba-tiba menyergap. Bahkan Sabiya sampai menghentikan pergerakannya. "Revi?"
Barulah saat dipanggil, Revi menyahut. Terdengar ada suara wanita yang berbisik kepada Revi, tetapi Sabiya tetap positif thinking. Mungkin teman permodelannya?
Setelah lumayan lama Revi berfikir, akhirnya pria itu menyetujui permintaannya, hanya berjalan-jalan sebentar di sekitar taman. "Makasih. Maaf, ya. Aku lagi enggak mood banget soalnya buat makan seblak."
Panggilan diputus setelah saling berpamita satu sama lain. Sabiya terduduk di ranjangnya, kemudian meregangkan tubuh demi mengurangi nyeri. Bukannya hilang, nyerinya malah semakin terasa. Segera ia periksa kalender tahunan. Benar saja, sudah waktunya ia kedatangan tamu bulanan.
"Kayaknya bakal menstruasi besok enggak, sih?" Sabiya bermonolog sambil bercermin. Dapat dilihat tubuhnya sedikit terlihat lebih lesu dari biasanya.
Mengenyahkan segala kemungkinan-kemungkinan dirinya yang akan haid sewaktu-waktu, bahkan saat ini sekali pun, Sabiya memilih tak peduli. Biasanya, esok hari baru akan mulai menstruasinya setelah dua hingga tiga hari merasakan nyeri perut.
Usai mematut diri di cermin yang dapat memperlihatkan seluruh tubuhnya dari puncak kepala hingga kaki, Sabiya tersenyum sejenak, barulah ia keluar.
"Katanya lagi badmood, kok enggak pengin apa-apa?"
Revi tahu betul Sabiya tipe manusia yang jika suasana hatinya buruk, akan makan-makanan pedas, atau memakan apapun tanpa terkontrol. Baru Revi ingat. Ketika akan atau sedang didatangi tamu bulanan, Sabiya akan bertindak tak seperti biasanya. Yang tetap hanya satu dan bahkan semakin meningkat, emosinya.
"Es krim mau?" Sabiya mengangguk setuju.
"Ayo cari!"
Harusnya Sabiya bersyukur memiliki kekasih penyayang seperti Revi. Baik, perhatian, dan pengertian pula. Jarang ada pria yang akan sabar menghadapi wanita yang sedang PMS. Kini mereka berjalan berdampingan mencari tempat duduk agar nyaman saat menyantap gumpalan lembut es krim cokelat yang dibeli.
Sekali lagi mata Sabiya melirik benda yang dipegang Revi. Sejak mereka bertemu, Revi terus menggenggam tali totebag yang dibawanya. Entah apa yang ada di dalam, Sabiya berniat menanyakan saat sudah duduk di bangku taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Little Words✔
RomanceIni bukan kisah Cinderella yang harus pulang sebelum pukul dua belas malam sebab kesempurnaan yang akan sirna, melainkan tentang Sabiya yang tidak diperbolehkan keluar rumah lewat dari jam sepuluh malam jika tak ingin dijodohkan oleh sang ayah. Dia...