10) Kejadian Tak Terduga

35 4 3
                                    

Jam kerja hari ini sudah habis. Usai berbenah untuk pulang, Sabiya mengayunkan kaki berjalan menuju halte. Kali ini tidak menunggu ojek online, melainkan menunggu kekasihnya yang mengajak makan malam di restoran ternama. Sebenarnya ia tak tahu dalam rangka apa Revi mengajaknya ke tempat itu, sepulang kerja pula.

Sudah hampir setengah jam Sabiya duduk menunggu, Revi tak juga datang. Perasaan kesal mulai melanda. Tubuhnya sudah lengket, untung hari ini sudah hari keempatnya menstruasi, perut tak begitu nyeri dan tidak begitu banyak pula darah yang keluar. Lagi-lagi Sabiya membuang napas panjang, ia sungguh ingin segera pulang.

Mungkin orang lain akan mengomentarinya jahat padahal sudah diperlakukan baik oleh kekasih yang sungguh peduli. Bukan tidak bersyukur dengan perhatian-perhatian Revi. Kadang, pria itu mengajaknya pergi saat dirinya sedang tidak dalam suasana hati dan diri yang baik. Namun, ya sudahlah. Itu memang salah satu resiko menjalin hubungan, bukan?

Ponselnya nyaring berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Bukan telepon WhatsApp, tetapi telepon biasa, sebab ia sudah mematikan data seluler tetapi tidak menyalakan mode pesawat, lupa.

"Halo. Ada apa, Ta?" tanya Sabiya to the point setelah mengangkat panggilan masuk itu.

Sabiya mengernyit. "Gue suka apa aja, sih. Kenapa emang?"

Tiada angin, tiada hujan apalagi badai, Lita bertanya apa makanan ringan yang menjadi favoritnya. Tentu ia menjawab apapun snack-nya, pasti ia suka. Bukan sekali dua kali Lita meneleponnya untuk bertanya soal apa yang disukai dan tidak disukai. Entah apa tujuannya, masih belum Sabiya ketahui.

"Gue baru pulang. Ada apa, sih, Ta? Sok misterius banget lo." Sabiya hanya mendengar tawa kecil dari Lita di seberang telepon.

Lita memutus sambungan telepon setelah berpamitan padanya. Lama tak bertemu, membuat Sabiya bertanya-tanya. Ke mana wanita itu hingga sulit ditemui? Padahal Revi yang sibuk pemotretan di perusahaan besar saja bisa meluangkan waktu untuknya. Bukankah Lita bisa demikian, mengingat mereka berdua bekerja di bidang yang sama?

Entah kebetulan atau memang benar adanya, Sabiya sering dibuat berprasangka buruk kepada Lita atas tingkah laku wanita yang berstatus sahabat dekatnya itu. Ingin memastikan tetapi Sabiya sendiri ragu. Ia akan menunggu waktu yang tepat untuk mengungkap tanda tanya yang sudah lumayan lama bersemayam di kepala.

Menunggu lagi, Sabiya benar-benar dibuat bosan. Tak lama, klakson yang berbunyi sekali membuyarkan lamunan Sabiya. Segera ia bangkit, menyunggingkan senyum terpaksa sekitar dua detik sebelum diajak Revi agar masuk ke mobil.

"Nunggu lama, ya?" Sabiya hanya mengangguk.

"Maaf, tadi aku mampir sebentar." Lagi-lagi Sabiya hanya mengangguk, lantas tersenyum. "Ke mana?"

Tanpa menjawab dengan kata-kata, Revi mengambil totebag dari bangku penumpang belakang. "Beliin ini buat kamu."

Satu kantong plastik besar diperlihatkan Revi kepada Sabiya. Cukup lama Sabiya menatap wadah besar itu sebelum mengalihkan pandangan ke Revi. "Apa?"

Revi meletakkan sekantong penuh makanan ringan itu di pangkuan Sabiya. "Buat nemenin kamu nonton drama Korea."

Rasa penasaran yang sudah ditahan agar dengan sabar ia cari tahu, kini memberontak ingin mendapat jawaban. Untung Sabiya bisa mengontrol otaknya yang terus menyuruhnya bertanya, setidaknya hingga nanti. Sungguh, ia akan memastikannya sendiri.

"Makasih," ucap Sabiya melirik kembali benda besar yang ada di pangkuannya.

Revi hanya mengusap puncak kepala Sabiya, lalu mulai menyalakan mesin mobil dan menjalankannya menembus suasana kota yang belum sepenuhnya malam.

Three Little Words✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang