Di hadapannya memang televisi besar menampilkan tontonan kesukaannya, hewan-hewan. Namun, pikirannya melayang tak tahu akan dibawa ke mana. Sesekali Nutriboost berperisa stroberi ia teguk hingga kini tersisa seperempat botol.
Ingatannya terus diajak kembali ke kejadian hari minggu yang lalu, ketika Sabiya dipojokkan selingkuh dengan pria lain dan berakhir bungkam selama perjalanan Devan mengantarnya. Bahkan hingga saat ini pun, mereka belum bertukar kabar, apalagi bertemu. Baru kali ini Devan dihadapkan dengan situasi rumit tentang hubungan asmara. Boro-boro pacaran, sejak dulu, wanita adalah orang yang paling dihindari.
Tak mau berlama-lama larut memikirkan hal yang membuatnya pusing sendiri, Devan mengambil ponselnya dan menghubungi Galan. Entah apa yang sedang dilakukan sekretarisnya, panggilannya terus-terusan tak diangkat. Hingga panggilan keempat, barulah mereka terhubung dalam telepon.
Dengan tak sabar, Devan berkata, "Gue pecat kalau lo gini terus." Nadanya tentu jengkel, sama seperti wajahnya.
"Sorry, lagi di luar."
"Enggak peduli. Tanyain Zora, Sabiya suka ngapain kalau lagi badmood," suruh Devan tanpa basa-basi.
Bukan menuruti perintah Devan, Galan justru menolak mentah-mentah. "Ogah. Tanya aja sendiri!"
Devan menyatukan alis mendengar jawaban Galan yang begitu berani menyuruhnya bertanya sendiri. Kesal dengan perlakuan sekretarisnya, langsung Devan putuskan sambungan telepon.
Sekarang, Devan dibingungkan kembali dengan pikiran sebelumnya. Kali ini ia membuka aplikasi Instagram, siapa tahu menemukan inspirasi untuk mengembalikan suasana hati Sabiya yang buruk.
Tak sadar waktu, sudah satu jam lebih Devan menggulir postingan-postingan di aplikasi kotak ungu itu hingga kini menemui titik bosan. Diletakkannya ponsel di atas paha. Nutriboost yang sisa tak seberapa, ia tenggak hingga habis.
Saat mengambil ponsel, masih berada di Instagram dan menampilkan sebuah wisata yang tampak menyenangkan. Sungguh menarik perhatian. Selain menelepon Galan, satu hal lagi yang membuang waktu sia-sia, scroll postingan Instagram demi mencari inspirasi. Sekarang sudah diputuskan akhir pekannya akan ia bawa ke mana Sabiya untuk berlibur.
👠👠👠
Jam tiga siang, Devan sibuk sendiri. Selesai mengurus pekerjaan yang meski hari libur harus tetap diselesaikan. Ia sempat membeli beberapa keperluan dan kini ia tengah menyiapkan banyak hal untuk dibawa berlibur bersama Sabiya. Oh iya, perempuan itu sudah dihubungi dan tentu saja tak menolak, sebab Devan mengatakan bahwa itu perintah sang kakek, lewat Galan juga ia berpesan.
Dirasa sudah siap semua, Devan segera pergi menjemput Sabiya, bukan dirumahnya melainkan di halte biasa.
👠👠👠
Entah memang jauh, atau perasaan Sabiya saja, tempat yang dituju tak juga terlihat. Diliriknya Devan yang sibuk menyetir mobil. "Kenapa?" tanya Devan yang sadar tengah diperhatikan oleh Sabiya. Wanita itu segera menatap lurus ke depan.
"Kok enggak sampai-sampai? Mau ke mana, sih, kita?"
"Coba tebak."
Menyebalkan sekali. Sabiya tak suka diajak main tebak-tebakan, apalagi bersama orang yang menyebalkan seperti Devan. Ia menarik lalu mengembuskan napas panjang. "Enggak tahu."
"Ya udah."
Sabiya mendelik. "Loh kok gitu?"
"Nanti juga tahu."
Jawaban Devan sungguh membuat Sabiya ingin menyantet pria itu. Bisa-bisanya ditanya serius, malah memberi tanggapan demikian. Apa Devan tak tahu jika kadar rasa penasaran seorang wanita itu sungguh tinggi? Ish, menyebalkan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Little Words✔
RomanceIni bukan kisah Cinderella yang harus pulang sebelum pukul dua belas malam sebab kesempurnaan yang akan sirna, melainkan tentang Sabiya yang tidak diperbolehkan keluar rumah lewat dari jam sepuluh malam jika tak ingin dijodohkan oleh sang ayah. Dia...