02. Iri itu Wajar

191 27 0
                                    

Pagi ini Sean berangkat cukup kesiangan. Walau belum bel masuk, tetapi ini sudah cukup siang baginya.

Yah, kebiasaan setelah alarm berbunyi ia tidur kembali. Dirumah juga sedang tidak ada orang. Eris yang biasanya menjadi alarm otomatis untuk Sean sedang diajak papanya untuk keluar menemaninya perjalanan bisnis.

Dengan lemas Sean keluar mobil, tidak sempat sarapan dan mandi secara terburu-buru. Perfect bukan?

Saat baru menutup pintu mobil, pandangannya tidak sengaja melihat sosok pria sedang bergandengan tangan dengan perempuan.

"Gerald?" Tanya Sean entah kepada siapa.

Ia kaget melihat Gerald bergandengan dengan seorang perempuan. Aneh saja melihat remaja memiliki kelainan itu bergandengan dengan perempuan.

Apa kalian kira Sean cemburu? Oh, tentu saja tidak. Ingat ia menerima Gerald untuk apa? Hanya karena kasihan.

"Pagi Sean," sapa seorang perempuan saat ia akan memasuki gedung sekolah.

"Pagi, Ariel ada apa?" Tanya Sean menghentikan langkah kakinya.

"Bagaimana parfum yang gue kasih lo suka gak? Maaf gue gak tahu kesukaan lo. Tapi semoga suka," kata Ariel membuat Sean tersenyum bingung. Oh, mungkin yang kemarin.

"Oh, thanks gue suka kok aroma mint," kata Sean kemudian berlalu pergi.

"Hah... gue kasihnya kan aroma coffe?" Tanya Ariel bingung. "Apa? Ada yang kasih selain gue? Terus Sean gak tau perfume dari gue?! AH!!"

"Beh! Aromanya menyeruak!" Kata Sean saat sampai di kelas. Lebih tepatnya saat sampai di kursinya.

"Oh, ini parfume dari Ariel kemaren. Gue gak bayangin kalau lo pakek ini Sean, makasih ya," jawab Derisa membuat Sean mengingat kejadian tadi pagi. Sepertinya ia salah berbicara dengan Ariel, kenapa harus menyebut aroma.

 Sepertinya ia salah berbicara dengan Ariel, kenapa harus menyebut aroma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sean lo ke kantin?" Tanya Derisa dan Sean mengangguk.

"Bareng? Ayo," kata Sean namun Derisa menggeleng.

"Gue titip roti sama minum ya. Lo tau kan kesukaan gue, santai gak perlu buru-buru. Sono berduaan dulu sama mas!" Kata Derisa membuat Sean memelototinya.

"Hah! Yaudah!" Sean langsung meninggalkan kelas. Perutnya lapar dan ia tidak sempat sarapan.

Saat sampai di kantin, semua meja penuh. Padahal ia ingin memesan spagetti atau steak, perutnya butuh makanan berat. Karena penuh, beli saja roti isi sekalian dengan Derisa.

Sean menuju salah satu stand makanan di kantin. Membeli dua roti isi dan minuman isotonik serta air putih. Derisa sangat suka minuman isotonik, apalagi yang dingin. Sean tau segalanya tentang gadis itu, mereka bersama sejak sekolah dasar.

Setelah membayar, Sean berniat untuk langsung menuju kelas. Baru saja melangkah, ia mendengar suara tak asing memanggilnya.

"Sean!"

Sean AlgarelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang