"Pa? Kenapa cepat sekali berubah fikiran?" Tanya Sean yang tengah mengendarai mobilnya.
"Bukankah ini hal yang positif untukmu," jawab Andrian yang berada di kursi penumpang dengan menatap ponselnya.
Sean tidak menanggapi, ia melihat papanya juga sepertinya enggan berbicara. Sean melihat mamanya dari pantulan sepion dalam. Wanita dewasa itu terlihat bersemangat membuat Sean ikut tersenyum.
"Sean, seperti apa Azora itu?" Tanya Eris antusias.
"Dia-"
"Jodoh adalah cerminan diri, dia seperti putra kita."
Sebelum Sean menjawab, Andrian terlebih dahulu berkata membuat semuanya kaget.
"Kamu tahu dia Mas?" Tanya Eris terkejut.
"Papa kenal Azora?" Kali ini Sean yang terkejut.
"Kamu kira papa bodoh tidak akan mencari tahu siapa calon menantu papa?" Balas Andrian membuat Sean menghela nafas kesal.
"Bahkan Papa tau siapa ayah dari anak yang sedang dikandungnya," ucap Andrian dengan santai kemudian menatap jendela.
Sean terdiam mendengar kalimat papanya barusan. Ia tahu jelas seorang Andrian Algarel tidak mungkin ceroboh. Tetapi, kenapa malah menyinggung hal itu?
"Ah! Sudah-sudah, apa rumahnya masih jauh Sean?" Tanya Eris memecah suasana.
Dibawah, heels Eris langsung menginjak sepatu Andrian membuat pria dewasa itu terkejut.
"Sayang?" Tanya Andrian dengan ekspresi kagetnya.
"Diam!" Tekan Eris dengan wajah seriusnya. Tetapi, dimata Andrian itu sangat menggemaskan.
"Jangan berekspresi seperti itu Sayang. Aku tidak tidak akan sanggup menahannya nanti," kata Andrian mendekatkan wajahnya kepada istri manisnya.
"Ehem! Tolong dikendalikan nafsunya Bapak Algarel," tegur Sean dari depan.
"Penganggu," guman Andrian dan tak lama mobil berhenti.
"Kita sampai," kata Sean menoleh ke belakang.
"Bapak Algarel, bisa lepaskan tangan anda dari dagu mama saya?" Tanya Sean menolehkan tubuhnya ke belakang.
"Kamu ini anak siapa memangnya hah?" Kesal Andrian langsung memukul pelan kepala Sean.
"Pa!" Kesal Sean memukul balik bahu Papanya.
"Nih anak berani mukul bapak sendiri?" Balas Andrian memukul kepala Sean lagi.
"Nanti kalau otakku gumpal, papa mau tanggung jawab!" Sean kembali memukul bahu Andrian.
"Heh! Dasar anak gak tau diri-"
"STOP!!!" Teriak Eris membuat keduaya menutup telinga. Bayangkan saja mereka di dalam mobil dan semua jendela tertutup mendengar suara teriakan nyonya besar yang sangat nyaring itu.
"Kalian ini mau berantem atau keacara lamaran hah? Kalau mau berantem sana di lapangan, biar ditonton banyak orang."
Keduanya hanya menunduk saat mendengar Eris mulai berkicau.
"Kamu itu Mas, tidak ingat umur apa, sudah 40 tahun. Kamu juga Sean, hormati yang lebih tua. Dasar anak bapak sama saja," kata Eris kesal kemudian langsung keluar dari mobil.
"Kok, jadi kita yang salah ya?" Tanya Sean dengan ekspresi polosnya yang masih bingung.
"Nyonya besar tidak pernah salah," balas Andrian dengan ekspresi yang sama.
Jika mereka seperti ini, keduanya bahkan lebih cocok dipandang sebagai kakak adik dari pada ayah dan anak.
Saat Eris keluar, ia dapat melihat seorang wanita yang lebih dewasa dari pada dirinya dan seorang pria yang mungkin seumuran dengan Sean. Eris hanya tersenyum canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean Algarel
Teen FictionIni kisah hidup gue, Sean Algarel yang sangat aneh. Kenapa aneh? Gara-gara ucapan gue, hidup gue yang sudah rusuh semakin rusuh. Disini gue juga bingung nentuin genre cerita gue sendiri. Ini kisah cinta atau kisah pencarian jati diri atau kita perba...