"Hah... tetangga sialan, kota sialan, dan Algarel sialan!" Geram Sean sambil berjalan menuju kelasnya.
"Sayang!"
Kaki Sean terasa berat, semua pandangan siswa-siswi menuju ke arah lain kemudian tertarik menuju kearahnya. Bersamaan dengan terdengar langkah kaki, Sean merasakan ada tangan yang melingkar dilehernya. Tak lama sebuah kecupan singkat ia dapatkan dipipi.
Sean tidak sempat pergi, melawan atau sekedar bergerak. Tubuhnya seolah mati kutu dan semua orang tengah memperhatikan dirinya.
"Pagi, tidurmu nyenyak?"
Sean melirik sampingnya, sosok yang sudah ingin ia lenyapkan dari bumi ini kini berada tepat disampingnya dengan jarak wajah begitu dekat.
"Anj-sialan lo!" Sean dengan cepat langsung memukul lengan Gerald yang tengah bertengger manis dibahunya hingga membuat remaja itu memegangi bahu kirinya.
"Jauh-jauh dari gue gay sialan!" Maki Sean tidak mempedulikan semua siswa yang menatap mereka.
"Eh, beneran mereka pacaran?"
"Mereka gay?"
"OMG! Kabar mengejutkan kita prince sekolah Gay?"
"Keknya Gerald saja deh yang suka Sean."
"Yah siapa tahu mereka beneran pacaran tapi Seannya malu ngakuin."
"Gerald sialan! Gay sialan! Homo sialan! Tetangga sialan! Algarel sialan! Anjing hidup gue rusuh banget!" Sean terus berkomat-kamit tidak mempedulikan semua orang yang menatapnya.
"Eh, tadi denger gak sih kejadian Kak Sean sama Kak Gerald di loby depan? Mereka gay?" Tanya beberapa siswi adek kelas membuat Sean menajamkan telinganya.
"Denger-denger! Langsung jadi trending topic ter hot pagi ini."
"Eh, masa sih mereka Gay? Mereka, kan sahabatan pasti gak mungkin!"
"Tapi kak Sean tadi bilang Gay Sialan. Pasti beneran deh, ya gak ya?"
"Mulut kalian lemes banget?" Sean langsung berbicara kepada gerombolan adek kelas tersebut.
"Ta-tapi beritanya? Eh-kak Sean..."
"Sialan semua, gak Gerald, Andrian, tetangga, sekarang adek kelas. SIALAN!"
Sean berjalan dengan emosi kemudian meninggalkan adek kelas yang masih bingung itu. Sepertinya remaja itu benar-benar kurang baik.
"Se-"
"APA LAGI ANJ-Eh, Ris?" Sean tidak jadi melampiaskan amarahnya.
"Maaf, gue tahu lo lagi gak baik gara-gara berita tadi." Derissa tampak sedikit mundur kebelakang melihat ekspresi Sean.
"Sorry Ris, kepala gue pecah gegara ini semua." Sean berbicara dengan santai.
"Yah... gue gak ganggu lo, kan?" Tanya Derisa kembali.
"Sama sekali." Sean berjalan kembali dan matanya mengisyaratkan Derisa untuk mengikutinya.
"Lo beneran marah soal Gerald?" Tanya Derisa dan tanpa Sean jawab gadis itu sudah mendapat apa yang ia inginkan.
"Faktor utamanya. Tapi faktanya bukan itu," balas Sean masih dengan nada yang jengkel.
Beberapa hari ini Sean mendapat masalah, namun karena masalah yang menimpanya beberapa hari ini. Mulai dari ayahnya, soal pekerjaan, kebutuhan sehari-hari. Terakhir, kejadian tadi pagi membuatnya meledak.
"Lalu?" Tanya Derisa berhati-hati. Ia ingat bagaimana wajah menakutkan Sean kemarin. Hal itu membuat Derisa lebih berhati-hati dengan ucapannya.
Namun tiba-tiba Sean terhenti. Remaja itu mengambil ponsel dari sakunya dan melihat nama si penelpon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean Algarel
Novela JuvenilIni kisah hidup gue, Sean Algarel yang sangat aneh. Kenapa aneh? Gara-gara ucapan gue, hidup gue yang sudah rusuh semakin rusuh. Disini gue juga bingung nentuin genre cerita gue sendiri. Ini kisah cinta atau kisah pencarian jati diri atau kita perba...