Sean duduk diatas kap mobil dengan wajah kusut serta lelahnya. Merenung, saat ini ia masih sekolah dan istrinya juga sedang kuliah. Tidak ada bantuan ekonomi dari keluarga kedua belah pihak.
"Hah..." Sean membuang nafasnya.
"Jika aku tidak egois," guman Sean pelan menatap kakinya yang tengah mengetuk-ngetuk tanah.
"Hah... aku harus segera mencari pekerjaan. Adakah tempat yang menerima anak SMA?" Sean bertanya entah kepada siapa.
"Sekolah jam tujuh hingga jam tiga. Aku masih memiliki waktu 13 jam sisanya," guman Sean mengusap wajahnya kasar.
Sean masuk kedalam mobil, mengambil tas yang berisi buku-buku sekolahnya.
Tidak berniat pergi dari mobil, ia membuka tas tersebut. Memilah buku yang harus ia taruh sesuai jadwal dan lebih memilih membawa sisanya dengan tangan kosong.
Saat masih memilah, Sean melihat surat yang diberikan Edward dari Papanya. Menatap surat tersebut, salah satunya adalah surat resmi dengan kop Algarel Enterprise.
Haruskah Sean menerimanya? Tetapi tetap saja ia harus melayani Algarel walaupun sebagai karyawan biasa.
"Hah... kau bisa hidup tanpa nama belakangmu Sean!"
Saat masih menyeruput kuah kolak Azora mendengar suara ponsel Sean bergetar dan melihatnya menyala dilantai.
Azora mengintipnya, namanya masih sama Gerald. Apakah teman Sean itu benar-benar memiliki urusan penting.
Namun belum sempat Azora ingin menerima panggilan itu. Siapa tahu penting? Ponsel sudah mati dan tiba-tiba menyala kembali dan notifikasi pesan yang terdengar.
Azora penasaran, ia berniat mengintip lewat notifikasi apa isi pesan tersebut. Sepertinya penting sekali. Jika dalam kondisi seperti ini Azora akan menjadi seseorang dengan rasa penasaran yang tinggi. Ia memang cenderung memiliki rasa kepo yang tinggi.
Saat Azora melihatnya, ternyata banyak pesan dari notifikasi Sean. Bahkan beberapa ada dari guru, dari mana Azora tahu? Ada tulisan Pak sebelum nama sipemilik nomor. Jadi, Azora asumsikan itu guru Sean.
"Sean pasti siswa populer di sekolah," guman Azora tersenyum kecil.
Gerald:
Sean, please lo jawab telpon gue. Pembahasan kita belum selesai.
20.13
Sean lo sudah gak masuk hari ini, telepon gue gak lo angkat. Lo masih ngindarin gue?
20.14"Anak muda kalau ngetik cepet banget," guman Azora karena terusnya muncul pesan baru dari nomor orang yag bernama Gerald ini.
Gerald:
Sean, jika lo gak masuk ngehindar dari gue. Setidaknya jawab telpon gue. Jangan bikin gue khawatir.
20.15Azora bingung, mungkin ada masalah dalam pertemanan Sean. Azora memutuskan untuk tidak lanjut melihat notifikasi tersebut.
Tingtung.
Gerald:
Sean gue sayang lo please kita bicara lagi. Gue gak mau ninggalin lo atau lo tinggalin.
20.18Azora tidak membaca lagi pesan yang terus muncul tersebut. Ia lebih memilih duduk kembali didepan mangkoknya.
"Hah... anak muda kalau marahan pasti susah. Apalagi sifat Sean yang seperti itu, kasihan temannya." Azora berguman sendiri sambil membayangkan sekolah Sean. Pasti remaja itu memiliki banyak teman atau bahkan membuat geng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean Algarel
Teen FictionIni kisah hidup gue, Sean Algarel yang sangat aneh. Kenapa aneh? Gara-gara ucapan gue, hidup gue yang sudah rusuh semakin rusuh. Disini gue juga bingung nentuin genre cerita gue sendiri. Ini kisah cinta atau kisah pencarian jati diri atau kita perba...