13. Hal Baru

108 25 13
                                    

Sean hanya duduk dilantai dengan santai. Memikirkan semua masalah justru membuat kepalanya semakin pening. Maka dari itu Sean lebih memilih santai.

Saat masih santai mata Sean menjelajahi seluruh ruangan ini. Baru Sean sadari ada beberapa tumpuk lembar yang sangat tebal disamping koper Azora.

"Sean, mau pisang goreng gak? Maaf tadi lama, disuruh buat ini sama bu kos."

Sean tersenyum dan hanya mengangguk, ia menatap Azora yang saat ini mengambil laptopnya.

"Sibuk sekali?" Tanya Sean pelan.

"Iya, harus ngerjain revisian skripsi nih. Nanti kamu juga rasain waktu kuliah," kata Azora dan Sean hanya tersenyum.

"Skripsi tentang apa nih btw? Kayaknya seru, biasanya anak psikologi itu mainnya perasaan," kata Sean sekalian menggoda Azora.

"Apaan sih, tapi aku cukup dipuji dosen buat ngangkat tema ini. Karena walau sering di dengar tapi masih tabu di Indonesia," balas Azora yang terlihat fokus.

"Tentang apa memangnya?" Tanya Sean mengambil satu potong pisang goreng yang hangat tersebut.

"LGBT."

"Huk! Uhuk!"

Sean langsung tersedak saat itu juga. Hal itu membuat Azora panik dan segera menaruh laptop untuk mengambil botol air mineral dan memberikannya kepada Sean.

Sean menerima air tersebut kemudian meminumnya hingga tersisa setengah botol.

"Kalau makan itu hati-hati dong ya," kata Azora keibuan.

"Iya-iya calon Mama," balas Sean setelah tenggorokannya rileks.

"Kenapa ngangkat kopsep begitu?" Tanya Sean penasaran.

"Yah... lain begitu dari yang lain," jawab Azora membuat Sean menyerngit.

"Yah bagaimana ya, mereka itu sebenarnya memiliki kelainan. Namun mereka menyangkalnya, tapi mereka seperti itu juga bukan tanpa sebab. Contohnya temenku, dia gay. Itu karena ia merasa kurang kasih sayang dari Papanya. Ada juga yang trauma dengan perempuan. Dan banyak hal lain, salah satunya juga karena uang. Atau memang ia jarang mendapat perhatian perempuan mungkin mamanya hingga hasrat sexualitasnya menjadi tidak terarah. Atau juga mungkin cara pengenalan dunia luar yang salah."

Sean mengangguk-angguk mendengar keterangan Azora. Yah, ia pernah mendengarnya.

"Jika boleh tau, bagaimana bisa seseorang hanya terobsesi pada satu hal?"

Azora menatap Sean dengan bingung. Remaja itu menegakkan badannya kemudian melanjutkan ucapannya.

"Maksudnya misal ada seorang pria, ia tidak tertarik kepada lawan jenis ataupun sejenis. Maksudku dia tidak straigh maupun gay. Tapi, ia tertarik hanya kepada satu orang, dia menyebutnya itu Xsexual."

"Cukup rumit sih, gairahnya hanya terletak pada sati objek. Biasanya orang dengan ciri itu lebih seperti kata obsesi. Atau kadang ia tidak pernah dipedulikan dengan siapun selama hidup. Dan yang ia sukai itu pernah membuat pengaruh besar dalam hidupnya. Itu juga dapat terjadi. Kadang sesuatu yang kecil bagi kita itu besar bagi orang lain. Yah istilah lainnya..."

Sean terdiam, ia tidak mendengarkan ucapan Azora setelahnya. Fikirannya kembali kepada Gerald, apa yang ia lakukan hingga membuat remaja itu terobsesi padanya? Sean benar-benar tidak habis fikir.

"Sean?" Suara Azora membuyarkan lamunan Sean.

"Ah! Maaf mengaggu, lanjutkan skripsimu. Aku juga ingin mengerjakan tugas," kata Sean kemudian mengambil bukunya.

Sean mengerjakan tugasnya dan keduanya berada diruangan dengan hening.

Setelah selesai dengan urusan masing-masing Keduanya saat ini hanya diam bingung ingin ngapain.

Sean AlgarelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang