Part 8 Nix

9 3 0
                                    


Alarm berbunyi. Suaranya yang memekakkan telinga berulang-ulang memenuhi udara. Setiap orang yang mendengarnya terjaga. Tanda sesuatu telah terjadi di luar kontrol para penjaga.

Alarm Orellana yang berbunyi nyaring lurus hampir tanpa perubahan tinggi nada. Suara itu dihasilkan dari tawa seekor Beruang Tidur. Nama binatang ini diambil dari kesan beruang yang tampak seperti baru bangun tidur. Binatang berbulu putih kecoklatan yang bertelinga bulat layaknya beruang, hanya saja lebih lebar. Matanya bulat hitam dengan kelopak mata yang menggelayut menutupi ujung matanya sehingga binatang ini tampak ngantuk. Pipinya pun ikut menggelayut hingga beruang ini tampak lucu. Beruang Tidur adalah binatang pendiam. Mereka berbicara dengan suara yang pendek dan rendah. Untuk menghasilkan suara alarm yang nyaring, para penjaga harus mengelikitik binatang ini hingga tertawa. Hasilnya, tawa yang menggegerkan penduduk Orellana.

Lily berjalan gontai menuju rumahnya yang selemparan batu dari Aula. Bangunan dari tanah liat dan rumput yang dikeringkan itu tampak terang benderang dengan nyala obor asbes. Omuci masih bertengger di bahu Lily. Sengaja dia dekatkan bulu coklat tanahnya ke leher Lily. Dia ingin tuan sekaligus sahabatnya itu bisa lebih merasakan kehadiran seorang teman saat pulang ke rumah.
Jarak Lily ke pagar rumahnya hanya tinggal beberapa langkah lagi ketika mendengar penjaga membunyikan alarm. Matanya langsung tertuju ke aula. Dia harus kembali ke sana. Tanpa membuang waktu Lily berlari sekencang yang dia bisa.

Dalam sekejap aula penduduk Orellana mulai berdatangan ke aula zona Hanjuang Merah. Mereka yang datang segera mengerumuni seorang ibu yang bersimpuh menangis sejadinya. Seorang anak lelaki tampak lemas terkulai dalam pelukannya. Anak itu tak sadarkan diri, matanya setengah terbuka. Kulitnya pucat kebiruan dan pada bagian betis kanannya tampak menganga lubang sebesar koin.

Nix! Nix! Orang-orang yang berkumpul menunjuk-nunjuk anak tak bedaya itu. mendengar itu sang ibu sontak menangis lebih kencang meratapi nasib anaknya. Dia berteriak sekuat tenaga memanggil Ayah Hansa untuk menolong anaknya.

Ayah Hansa yang sedari tadi berjaga di aula segera berlari menghampiri dan duduk berlutut di hadapannya. Tera yang mengikuti Ayah Hansa memperhatikan bagaimana orang tua itu menghadapi kondisi darurat. Ayah Hansa meminta sang ibu untuk melepaskan anaknya dari pelukannya dan menidurkannya di lantai aula. Sang ibu dengan penuh kepercayaan melakukan apa yang diminta oleh Ayah Hansa. Matanya terus mengawasi anaknya yang tak sadarkan diri itu. Rasa takut kehilangan terus merayap ke dalam jiwanya.

Sementara Tera dan orang-orang yang datang berkerumun melingkar menyaksikan nasib anak itu dipertaruhkan.

Ayah Hansa dengan seksama mengamati kulit pucat kebiruan anak itu. Matanya teliti mengikuti jalur yang tampak menghitam memanjang dari lubang sebesar koin. Pengamatan Ayah Hansa terhalang oleh baju yang digunakan anak itu. Dengan sopan Ayah meminta izin kepada sang ibu untuk membuka baju anaknya itu. Sang ibu mengangguk cepat beberapa kali sambil menahan air matanya sebagai tanda setuju. Ayah Hansa menyibakkan kain baju secara perlahan. Tampak jelas lajur hitam itu berhenti di dada kiri. Ayah Hansa tercekat, dipandangnya sang ibu. Wanita itu masih tak bisa menahan tangisnya. Ayah Hansa mengambil napas dalam, disusunnya kata-kata belasungkawa dalam hati untuk wanita malang itu.

Sekilas matanya menangkap satu jalur lain diperut sisi kiri. Ayah Hansa dengan sigap membalikkan tubuh anak itu. Tampak lubang sebesar koin di paha belakang sang anak. Ayah Hansa meraba bagian perut anak itu dengan tangannya. Ada sesuatu di dalam, tapi Ayah hansa perlu memastikan prasangkanya. Telapak tangannya memberikan sedikit tekanan di perut. Nihil. Lalu Ayah Hansa mencoba sekali lagi memberikan satu tekanan di dada. Sesuatu di dalam tubuh anak itu memberikan respon balik.

Ayah Hansa meminta sang ibu untuk menjauh. Kali ini Wanita itu menolak perintah Ayah Hansa. Dia segera merangkul tubuh tak berdaya itu. Ayah hansa memerintahkan Tera untuk menarik sang ibu jauh dari tubuh anaknya. Sang Ibu meronta. Kekuatan cintanya pada sang anak membuat Tera sekuat tenaga. Melihat itu seorang warga membantu Tera hingga Ibu itu berhasil dijauhkan dari anaknya. Ayah Hansa meminta warga yang berkerumun untuk melakukan yang sama.

IncrementumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang