Part 18 Pertaruhan

4 3 0
                                    

Lily memasuki bangunan berbentuk seperti jamur yang besar. Berbeda dengan desain rumah peristirahatan pendatang Morphosa, kantor kebun raya memiliki jendela yang jauh lebih lebar. Jendela itu ditutupi oleh tirai tembus pandang terbuat dari daun raksasa kering yang menyisakan urat-urat daunnya. Daun jendelanya adalah anyaman daun yang lebih liat dan tampak berkilat. Xavier yang berjalan di sisi Lily menduga daun itu memiliki lapisan lilin di permukaannya sehingga akan awet terhadap air dan cuaca ekstrim.

Di tengah ruangan tampak Ziyi sedang menerangkan anatomi Nix. Sebuah ilustrasi gambar Nix tampak di papan tulis. Presentasinya terjeda oleh kedatangan Xavier dan Lily. Tanpa basa-basi Lily mengambil duduk paling depan sejajar dengan Tera yang sibuk mencatat di lembaran kertas dengan tinta berwarna hitam. Di ujung sana Kenzo dengan cermat mengamati apa yang Ziyi terangkan sambil bersiaga mengawasi keamanan. Dia menyandarkan tubuhnya di dinding dekat jendela. Shiro, Samurainya, didekapnya di dada.

"Maaf terlambat," ucap Lily ramah lalu langsung memfokuskan pandangannya pada papan tulis.

Ziyi memandang wajah Xavier saat memasuki ruangan. Dia merasakan sesuatu yang berbeda dari tatapan Xavier. "Ah, dia pasti kesal lama menunggu si rambut merah ini," pikirnya. Ziyi pun kembali memfokuskan pikirannya pada anatomi Nix. Dia membandingkannya dengan anatomi ulat tanah. Mutasi yang sangat revolusioner, ungkapnya. Dari perubahan bentuk anatominya itu, Ziyi berhipotesa titik kekuatan Nix sekaligus kelemahannya. Bagian capit dan mulut yang berbisa adalah senjata andalan mereka. Sedang kelemahannya adalah mata dan seluruh permukaan yang tidak tahan dengan sinar matahari. "Masih ingat bau busuk yang memenuhi udara gua selepas kalian membunuh Nix?" Ziyi membawa mereka kepada kejadian di Gua Ki Poek tempo hari.

Tera dan Lily kompak mengangguk. Kenzo memincingkan mata mengingat setiap detil perlawanannya di hari kedatangan mereka ke Orellana. Xavier yang duduk di belakang Lily mencondongkan tubuhnya ke depan menunggu penjelasan Ziyi selanjutnya.

"Cairan itu adalah racun yang mengaliri tubuh mereka. Cangkang mereka tidak kuat menahan sinar matahari. Sinar matahari memberikan gelombang panasnya menembus cangkangnya yang keras itu dan bereaksi dengan racun hingga racun itu membunuh diri mereka sendiri. Mutasi mereka belum sempurna. Itu adalah keuntungan bagi kita," Ziyi menjelaskan dengan percaya diri.

"Itulah kenapa Nix dalam balon tidak mati meski terpapar sinar Bintang Kuning? Karena sinar matahari terhalang oleh bahan dari balon merah?" tanya Lily sejurus kemudian.

"Ya, bisa jadi ada bagian dari gelombang sinar Bintang Kuning yang dipantulkan oleh material balon." Ziyi menjawab dengan lugas. Ziyi harus mengakui kecerdasan Lily untuk penduduk Orellana yang tak mengenal teknologi. "Ya, ada pertanyaan lain?" kata Ziyi kemudian.

"Menurutku, kita tak bisa hanya mengandalkan sinar Bintang Kuning saja," Tera mengungkapkan pendapatnya. Jemarinya memainkaan pena yang terbuat dari batang tumbuhan berongga itu dengan lihai.

"Jelaskan maksudmu!" Kenzo penasaran.

"Kita harus bersiap melawan mereka dengan senjata seandainya sesuatu di luar rencana," ucap Tera.

Kenzo mengangguk, "Aku setuju. Kita harus mendesain senjata yang cepat. Selain itu mudah dikuasai oleh penduduk Orellana. Kita perlu banyak prajurit," tambahnya lagi.

"Baik, aku akan menyerahkan penejelasan berikutnya oleh Xavier," Ziyi mempersilakan Xavier untuk maju kemudian menyerahkan sebongkah batu yang dijadikan kapur tulis.

Xavier bangkit dari duduknya dan maju ke muka ruangan. Ziyi bisa melihat dengan jelas, Xavier memakai alas kaki yang serupa dengan yang dipakai oleh Tera. Ah, gadis itu pasti yang menghadiahinya! Rasa cemburu menyelinap masuk ke dalam hatinya.

"Aku akan menggambarkan desainnya, tolong kalian amati dan beri masukan. Perhatikan detail. Rancangan ini harus sempurna," Xavier serius.

Lily memperhatikan aura Xavier yang bersinar di hadapannya. Tak jauh darinya, Lily tak menyadari kalau Ziyi justru memperhatikan gerak geriknya.

IncrementumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang