Part 9 Rahasia

7 2 0
                                    

Ayah Hansa memasuki gua Ki Poek diikuti oleh Tera dan dua orang penjaga. Mereka semua memakai pakaian yang tertutup seperti akan memanen lebah. Tampak tas anyaman di punggung mereka. Selain bersenjata lengkap, mereka juga dilengkapi dengan obor di tangan. Bahkan untuk pencahayaan ekstra, para penjaga membawa kunang-kunang matahari. Kunang-kunang ini tampak seperti biasa, hanya saja cahaya mereka sangat terang dan mereka memiliki sifat senang berkumpul melingkar di udara, sehingga tampak seperti matahari.

Tak seberapa lama tampak Lily mengendap-endap mengikuti mereka dari belakang. Rasa penasarannya meluap. Bagaimanakah cara Ayah Hansa menyegel gua itu? Seberapa banyak garam yang akan ditaburkan? Berbeda dengan Omuci yang bertengger di pundaknya, dia sangat ingin memperlihatkan kepada Lily, dimanakah Ayah Hansa menyimpan benih di gua itu. Mengapa benih-benih itu terliputi sesuatu yang kotor?

Ayah Hansa melangkah perlahan-lahan. Permukaan batu yang licin di gua yang gelap bukanlah hal yang mudah untuk orang seusia dia. Saat sampai di ruangan dengan akar berfluorosensi, ayah Hansa memerintahkan penjaga menyimpan lampu kunang-kunang matahari di dekat batu yang cekung oleh tetesan air dan batu pipih tempat Lily duduk tempo hari.

"Waspada, Nix bisa datang dari mana saja. Terutama celah bebatuan," Ayah Hansa mengingatkan.

Ayah hansa duduk di batu pipih, lalu menghadap dinding batu, tangannya menyentuh dinding itu lalu mengusapnya perlahan. Dahinya berkerut, lalu dia mengulang kembali mengusap dinding batu. Ayah Hansa mendengus kesal, seolah ada sesuatu yang tidak beres.

Lily yang berhasil memasuki gua tak lama setelah rombongan bersembunyi di balik sebuah batu besar. Mengandalkan cahaya obor para penjaga dengan jarak yang terpaut cukup jauh, mereka kesulitan untuk mencapai tempat itu. Untung saja Omuci yang terbiasa gelap menjadi penunjuk arah Lily. Sebelum memasuki gua, dia bersepakat dengan Omuci bahwa mereka harus selalu bersama, supaya Ayah Hansa tidak curiga. Terutama, Omuci tidak boleh kabur lagi termasuk menggali tanah. Kejadian semalam cukup memberikannya pelajaran mengenai Nix. Tikus pencari air itu pun menyetujuinya. Lily membaca gelombang suara akar tumbuhan dan hewan di sekitarnya. Berdasarkan pengalamannya semalam, telinganya tak menangkap gelombang suara frekuensi renah Nix, monster penghisap darah dari dalam tanah itu. Ah, Ayah Hansa dan Tera aman.

"Tera, lindungi aku! Penjaga periksa sekeliling! Tidak boleh ada penyusup! Termasuk anak gadisku," perintah Ayah Hansa. Suaranya menggema memenuhi gua.

Lily menahan napasnya. Otaknya berputar cepat mencari tempat persembunyian. "Omuci, kita harus sembunyi! Ayah Hansa curiga kita di sini." Lily berbisik kepada Omuci.

Mendengar itu, tanpa pikir panjang Omuci segera menuju ke tanah, instingnya memerintahkannya  bersembunyi di habitatnya. Untung saja tangan Lily sigap secepat kilat menangkap ekor tikus bermoncong besar itu sebelum menggali tanah. Dari matanya yang melotot itu, Omuci paham Lily tidak setuju dengan apa yang dilakukannya. "sudah ku bilang, tidak boleh menggali tanah!" hampir saja Lily mengeraskan suaranya.

Lily mengatur napasnya. Kemudian matanya terpedam. Tak lama permata Orellana di dahinya berkilat-kilat. Omuci memperhatikan Lily dengan seksama. Meski tak mengerti apa Lily berbicara dengan siapa, tapi dia tahu pasti Lily sedang mencari tempat persembunyian.

"Ah, kenapa kau tak bilang sebelumnya?" Lily berkata perlahan sambil menghidu udara dalam -dalam

"terima kasih," ucap Lily tak lama kemudian.
Lily membuka matanya. Tampak binar di keduanya itu diiringi senyum mengembang tanda kabar baik. "Ayo, ikuti aku!" perintah Lily tak lama kemudian. Mendengar itu Omuci segera masuk ke kantung baju Lily. Mereka segera bangkit. Dengan cekatan Lily mengikuti akar berfluorosensi sampai ke tempat tersembunyi tak jauh dari tempat persembunyian mereka sebelumnya.

IncrementumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang