Part 13 Hutang Budi

6 2 0
                                    


Lelaki itu tampak setengah berlari dengan sesekali berbalik menembakkan pistol lasernya. Cahaya terang dua lampion kunang-kunang matahari menyertainya. Satu tangannya menarik dua tali pengendalinya sekaligus. Akhirnya, Xavier muncul di mulut gua.

Ziyi tak mampu menahan rasa bahagianya yang membuncah, dia berlari memeluk Xavier. Xavier berdiri mematung. Dia tak tahu bagaimana merespon pelukan erat Ziyi. Selang beberapa detik, Xavier menepuk-nepuk punggung Ziyi dengan kaku. "Kamu tak perlu khawatir. Aku baik-baik saja," ucap Xavier setengah berbisik di telinga Ziyi.

Ziyi berusaha menguasai emosinya. Dia melepaskan pelukannya. Sedikit malu-malu Ziyi menghapus air mata di pipinya. Ditatapnya Xavier dengan kikuk, tampak selintas senyum lelaki itu mengurai khawatir yang menumpuk dalam hatinya sedari tadi. "mengapa membuatku menunggu seperti itu?" ungkap Ziyi dalam hati. "Aku belum siap kehilanganmu," imbuhnya lagi.

Xavier mengarahkan pandangannya ke sekeliling gua. Tampak olehnya Kenzo memapah Tera berjalan mendekatinya. Prajurit Morphosa itu tampak tak kurang sesuatu apapun. Dia lega Kenzo menurutinya ketika diperintahkan membantu Tera keluar dari Ki Poek terlebih dahulu. 'Kepercayaan'. Kenzo benar-benar memegang perintahnya saat di dalam gua terngiang.

"Tunggu di situ!" Tera berteriak. Baju pelindung yang telah dilepaskannya tak mempercepat langkahnya. Kakinya yang terluka tampak dipaksa untuk sampai segera ke tempat Xavier berdiri.

"Kunang-kunang matahari tak kuat cahaya. Kita harus membungkusnya," kata Tera dengan napas terengah-engah. Dia segera mengeluarkan wadah dan dengan cekatan membungkus kunang-kunang matahari. "Terima kasih sudah membawanya keluar," kata Tera kepada Xavier kemudian. "Terima kasih kunang-kunang matahari, kau sangat berjasa. Aku akan melepaskanmu segera ke dalam gelap," Tera berkata dengan hormat kepada kunang-kunang matahari sebelum memasukkannya ke dalam kantong.

Xavier dengan seksama memperhatikan. Penduduk Orellana menghormati alam, Xavier mencatat kebiasaan itu dalam ingatannya. Tak salah dia susah payah membawa lampion yang berisi serangga itu keluar dari gua.

Lily memperhatikan mereka sambil duduk di sisi Ayah hansa. "Liat Ayah, orang itu berusaha memahami kita. Mengapa kita tak berusaha memahami mereka?"

Ayah Hansa terdiam. dia tak ingin kesalahan masa lalu leluhurnya dulu terulang dengan datangnya orang-orang Morphosa. "Satu penjaga Orellana menjadi korban di hari kedatangan mereka, Lily." Mata Ayah Hansa berkaca-kaca setelah memperhatikan seorang penjaganya gagal keluar dari gua.

***

Aula Zona Hanjuang Merah tampak terang oleh obor asbes yang dipasang dalam jarak berdekatan. Para penjaga tampak lebih serius menjaga gerbang malam itu. Kedatangan tamu dari Morphosa telah menyebar seantero Orellana. Spekulasi tentang tujuan kedatangannya menjadi buah bibir dalam waktu singkat. Pertemuan malam ini sangat serius. Mereka berjaga jangan sampai serangan Nix menyerang mereka. Korban yang jatuh hari ini cukup seorang di Gua Ki Poek.

Pendatang Morphosa dan penduduk Orellana duduk melingkar di tengah aula. Sedari tadi tak satu pun dari mereka membuka pembicaraan meski sekadar basa basi. Saat di tempat peristirahatan yang disediakan Ayah Hansa pun tak ada seorang yang berani membuka pembicaraan. Mereka bicara seperlunya. Dari raut wajah mereka Ziyi bisa menilai penduduk Orellana bukan bangsa yang keras. Sepertinya mereka sangat mengikuti perkataan Ayah Hansa untuk membuat jarak dengan pendatang. Ziyi sibuk membuat penilaian dalam pikirannya.

Ziyi yang duduk tepat di antara Xavier dan Kenzo sempat mengamati para penjaga yang sibuk menaburkan bubuk Kristal putih ke atas tanah. " Hanya cahaya Bintang Kuning yang ditakuti Nix, maka malam akan jadi mimpi buruk penduduk Orellana. Lalu apa yang ditaburkan oleh mereka ke atas permukaan tanah itu?" Ziyi penasaran sambil mengubah posisi duduknya. Entah sudah berapa kali dia mengubah posisi duduknya itu. Kenzo dan Xavier sempat terganggu dengan kelakuannya itu. Pegel, keluh Ziyi setengah berbisik. Dia heran mengapa penduduk Orellana tidak menciptakan kursi.

IncrementumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang