Bagian XXXI

14.3K 612 177
                                    

Hari ini, tepat di hari senin pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, tepat di hari senin pagi ini. Raga begitu terburu-buru. Apalagi setelah ia menerima telepon dari papanya beberapa menit yang lalu.

Dan sekarang Raga sudah berada di kantor. Ketika sudah berada di dalam ruangan miliknya sendiri. Raga merogoh jas kemejanya dan meraih benda pipih kemudian menyentuh beberapa angka hingga sambungan itu terhubung.

"datang ke kantor hari ini. Ada yang harus kamu jelasin di rapat penting pagi ini dan beberapa berkas yang harus di kumpul. Saya nggak terima alasan apapun itu." tanpa menunggu jawaban dari ujung seberang sana, sambungan telepon tersebut sudah di matikan secara sepihak oleh Raga.

Dan sekarang Raga telah kembali berkutik dengan laptop dan berkas-berkasnya.

"aarrgghhh..." frustasi Raga dengan kepalan tangan yang memukul meja kerjanya.

"sialan! Konsentrasi gue benar-benar pecah." lanjut Raga dengan sorot mata tajam yang sulit di artikan.

Ting.

Suara ponsel Raga terdengar.

Raga melihat ada sebuah pesan masuk dari orang yang sudah mengobrak-abrik dan mengacaukan fikiran juga perasaanya.

Sayang🥰

Kaki aku masih sakit. 😒

Setelah membaca pesan itu, Raga tidak ada niat untuk membalasnya. Ia justru menelpon nomor tersebut.

Ketika sambungan telepon terhubung kembali.

"Aku nggak mau tahu! kamu harus ke kantor gimanapun caranya. Mengerti!" ucap Raga di sela sambungan tersebut dengan penuh penekanan.

"tapi Raga.." sambungan pun berakhir dengan Raga yang mengakhirinya sebelum suara Meirin terdengar lebih jelas dan lama.

Raga mengacak asal rambutnya lalu bangkit dari duduknya melangkah menuju sudut ruangan dan menatap jalanan nan padat di luaran sana.

🍁🍁🍁

"brengsek!" jerit Meirin lalu melempar asal ponsel yang ada di tangannya tadi.

"eh eh.. Lo kenapa bego?!" ucap Dewa yang kini sudah ada di hadapan adik kecilnya dengan tangan memainkan ponsel milik Meirin yang berhasil ia tangkap.

Meirin hanya diam dengan wajah juteknya.

"kaki lo masih sakit?" merasa pertanyaan tadi tidak di jawab oleh Meirin sama sekali, akhirnya Dewa menganti topik pertanyaan yang lain dengan tangan mengelus-elus kaki Meirin yang masih terlihat sedikit biru.

"uda lumayan."

Meirin bangkit dengan sedikit tertatih menuju kamarnya, karena tadi ia berada di balkon Apartement.

My Boss Devil PossesivTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang