Bagian XI

93.6K 2K 81
                                    

"Ayo pulang," ucap Raga sambil menyentuh pundak Meirin yang sedang menatap kegelapan malam di kota Jakarta dari atas rooftop rumah sakit ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo pulang," ucap Raga sambil menyentuh pundak Meirin yang sedang menatap kegelapan malam di kota Jakarta dari atas rooftop rumah sakit ini.

Meirin hanya diam, menatap lurus ke depan. Sekarang sudah pukul dua belas lewat. Entah sudah berapa lama mereka berdua di sini. Selepas Lingga tertidur, mereka berempat keluar dari ruangan itu. Niko dan Wati pulang untuk urusan yang mereka punya. Sedangkan Meirin akan tetap stay di sini, mengingat besok hari libur dan juga operasi Lingga. Membuat Meirin tidak punya alasan untuk pergi meninggalkan remaja itu. Lalu Raga, ah.. dia selalu mengikuti kemana pun Meirin melangkah, sekarang.

"Hey, sayang," tegur Raga kembali. "Di sini dingin. Nanti, jadi kamu yang sakit. Atau kita balik aja ya," lanjutnya lagi.

Tetap sama, Meirin hanya diam. Raga yang di kacangi seperti itu jadi sebal sendiri. Dengan spontan dia menarik Meirin mendekat lalu mencium bibir wanita itu dengan sangat tiba-tiba, sampai membuat Meirin tersentak dengan mata melotot menatap Raga yang ada di depan wajahnya.

 Dengan spontan dia menarik Meirin mendekat lalu mencium bibir wanita itu dengan sangat tiba-tiba, sampai membuat Meirin tersentak dengan mata melotot menatap Raga yang ada di depan wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hingga lama kelamaan, Meirin merasakan sesuatu menjalar ke tubuhnya. Raga terus mencium dan mendesak agar Meirin membuka mulutnya, supaya Raga bebas memainkan lidahnya di dalam sana. Dengan spontan juga, Meirin memejamkan kedua matanya. Merasakan sensasi aneh nan lembut itu menyentuh bibirnya. Merasakan kenikmatan ketika bibir Raga menyentuh dan saling berlaga dengan lidahnya di dalam rongga mulutnya.
Hingga ketika mereka mulai kehilangan nafas, Raga menghentikan ciuman itu. Lalu menatap Meirin yang masih terpejam sambil mengambil oksigen dengan rakus.

Raga tersenyum simpul melihat wajah Meirin yang memerah sekarang. Lalu memeluk wanita itu hingga membuat Meirin harus membuka kedua matanya.

"Kamu milikku," Raga berbisik.

Meirin hanya diam membisu.

"Ayo, kita turun." Raga memegang pergelangan tangan Meirin, lalu tanpa persetujuan dari wanita itu, Raga menarik dan membawanya turun meninggalkan rooftop itu dengan keheningan.

Sepanjang perjalanan dari atas ke bawah, mereka hanya diam. Raga dengan terus memegang pergelangan tangan Meirin, dan Meirin yang terus tetap diam.

My Boss Devil PossesivTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang