Bagian XXII (Dua Puluh Dua)

20.2K 702 21
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai dengan percakapan yang terjadi diantara Meirin dan Raga beberapa jam yang lalu, kini Meirin harus berada di dalam mobil Raga setelah perdebatan panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai dengan percakapan yang terjadi diantara Meirin dan Raga beberapa jam yang lalu, kini Meirin harus berada di dalam mobil Raga setelah perdebatan panjang.

"Senyum dong sayang. Dari tadi manyun terus." Raga berkata setelah keheningan yang terjadi di mobil ini selama beberapa menit.

Meirin diam.

Raga menarik tangan Meirin supaya Raga bisa melihat wajahnya.

"Apasih?!" Gerutu Meirin.

"Uda aku suruh seseorang buat bawa motor kamu ke Apartemen. Bentar doang kita ketemu mama, nggak bakal lama kok."

"Kamu ih nyebelin. Akukan belum mandi." Lagi-lagi Meirin mengerutu.

"Gapapa, kamu tetap cantik kok." Puji Raga sambil tangan mengelus-elus pucuk kepala Meirin dengan sayang.

Setelah itu tidak ada percakapan apapun lagi, hingga kini mobil Raga memasuki kawasan perumahan elite di kota ini. Masuk ke sebuah rumah yang cukup besar dengan halaman yang begitu luas, jika di bandingkan dengan rumah keluarga Meirin, sudah sama besarnya, Sudah sama seperti istana.

Raga berhenti tepat di depan halaman pintu masuk ke rumahnya. Raga turun lalu memutari mobilnya dan membuka pintu tempat Meirin berada.

Setelah Raga dan Meirin keluar dari dalam mobil. Kini Raga menyerahkan kunci mobilnya kepada satpam untuk di parkirkan di tempat semestinya.

Raga dan Meirin memasuki rumah besar itu, Raga yang terus mengenggam tangan Meirin, menautkan jari jemari mereka. Meirin sebenarnya risih, ini baru pertama ia di gandeng seprti ini sama orang lain apalagi mereka kenal masih bisa di bilang baru.

"Ma.. Mama," seru Raga dari depan menuju ruang tengah.

Mama Siska yang mendengar ada yang memanggilnya segera menuju suara tersebut, ia tersenyum menatap anak sematawayangnya.

Raga menghampiri Mamanya dan menyalami sang Mama yang diikuti oleh Meirin juga.

Mama Siska menatap binggung ke seorang gadis yang berdiri tepat di samping Raga. Raga yang menyadari tatapan bingung tersebut segera merangkul sang Mama menuju sofa tempat awal Mamanya tadi duduk sambil nonton Tv.

My Boss Devil PossesivTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang