"Anyway ... setelah lulus nanti, apa yang akan kalian lakukan?"
"Get ready. Kita akan berangkat sekarang juga," ujar Tadashi.
Robert dan Evelyn mengangguk bersamaan, binar semangat terpancar di kedua manik mereka. Lalu, Tadashi memejamkan mata, kalung serigala yang ada di lehernya memancarkan cahaya putih kebiruan. Senyap untuk beberapa saat, tetapi tidak ada yang berubah, ketiganya masih berada di dalam mobil.
Evelyn menoleh ke jendela, mengamati tetesan air yang mengalir. Gadis itu mengernyit ketika air hujan yang baru saja jatuh tidak lagi berwarna bening, melainkan hitam pekat. Ia membelalak, lalu menoleh ke jendela lain, hal yang sama pun terjadi.
"Robert?" bisik Evelyn.
Pemuda berambut merah dengan freckles itu baru menyadari ada hal yang ganjil ketika Evelyn memanggilnya. Kedua mata Robert membola ketika menyadari mobilnya kini diguyur semacam cairan pekat berwarna hitam.
"Mobilku! My dad is going to kill me!" serunya panik.
Lama kelamaan, interior Mercedes-Benz putih itu kehilangan sumber cahaya dari luar akibat cairan tinta yang menghalangi jendela. Akhirnya, kegelapan total meliputi mereka, hanya kalung Tadashi-lah yang bersinar terang di sana. Bagaikan besi yang dipanaskan, jok mobil, dashboard, kemudi, pedal, semuanya meleleh. Ketika segala sesuatunya mencair, tiga remaja itu ikut terjatuh, bagai terisap ke lubang yang sangat dalam. Berbeda dengan Tadashi yang terlihat tenang, Robert dan Evelyn memekik, kedua tangan mereka meronta-ronta di udara.
"Apakah ada seseorang yang memiliki parasut?" pekik Robert. Ia menunduk, melihat kegelapan yang hampa di bawah kakinya, lalu semakin panik.
"Tadashi, bisakah kau membuat kita berhenti jatuh?" teriak Evelyn.
Tadashi terkekeh. "Chill out, guys, sebentar lagi kita akan mendarat."
"Jadi kita akan mendarat tanpa parasut?" pekik Robert lagi. Ia menutup mata rapat-rapat, tidak sanggup membayangkan akan mendarat dengan begitu mengenaskan.
Di titik tertentu, kecepatan jatuh ketiga remaja itu melambat, seperti ada sesuatu yang menahan gaya gravitasi. Kalung serigala di leher Tadashi padam. Robert membuka mata, dirinya menjadi sedikit lebih tenang sekarang. Evelyn sampai lebih dulu, kaki gadis itu menapak ke daratan dengan mulus, disusul oleh dua pemuda lainnya. Ketiganya menoleh ke kanan kiri. Namun, lingkungan sekitar masih berwarna hitam pekat, cukup sulit untuk mengamati keadaan.
"Where are we?" tanya Robert.
Tidak ada yang merespons. Permukaan tempat mereka berpijak kini membentuk sebidang tanah yang melebar, kian meluas setiap detiknya. Evelyn menunduk ketika sesuatu menggelitik kakinya. Perlahan, rumput liar tumbuh, membuat tanah yang semula kecokelatan kini nyaris didominasi oleh warna hijau. Tunas-tunas kecil tumbuh menjadi pepohonan rindang dengan diameter yang cukup luas. Ruangan gelap yang semua hening, kini dihiasi oleh kicauan burung di kejauhan. Ketiganya mendongak, langit hitam pekat perlahan berubah cerah. Gumpalan kapas putih memenuhi langit biru. Hangatnya cahaya matahari menerpa wajah ketiga remaja itu, membuat mereka tidak kuasa menahan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Walker [COMPLETED]
Fantasy🏆 The Wattys Winner 2022 (Wild Card) 🏆 Wattpad Ambassadors ID's Pick 2024 🏆 Reading List WIA Indonesia Periode 3 Konon, seorang dream walker hanya terlahir satu di setiap generasi. Selama ini, Tadashi Reyes menyangka kemampuannya yang langka ada...