Suku Indian telah mengepung area kosong di sekitar pohon sakral itu. Akando tidak ingin menunda rencananya lebih lama lagi. Maka, ia memutuskan untuk menahan kawanan Tadashi dan memanggil Wendigo ke tempat ini.
Noah mencengkeram bagian leher hoodie Tadashi. Ia menyeret lalu mendorongnya hingga tubuh pemuda asia-kaukasia itu jatuh dan berlutut di atas rumput. Tadashi menoleh ke kanan, menyaksikan masing-masing pejuang suku Indian menyeret paksa kakek, orang tua, dan kedua temannya. Tentara suku Indian memegangi mereka dengan kuat. Tadashi lalu meneliti satu per satu tentara yang Akando bawa. Beberapa tentara mengacungkan tombak pada mereka.
Akando, dengan war paint berwarna putih menghiasi wajah, berjalan ke barisan depan. Dukun suku Indian itu kemudian memejamkan mata. Bibirnya berkomat-kamit melafalkan sesuatu yang tidak dapat Tadashi dengar. Pikiran pria itu kini terhubung dengan si makhluk haus darah itu. Melalui telepati, Akando memberitahu di mana lokasinya dan meminta makhluk itu untuk datang.
Beberapa menit setelah bertelepati dengan Wendigo, angin malam bertiup lebih kencang, membawa debu dan dedaunan kering. Akando dan tentara suku Indian mulai merasakan suhu yang perlahan-lahan menurun. Evelyn dan Robert saling pandang dalam kengerian. Bulu kuduk mereka berdiri, tubuh dua remaja itu pun mulai terasa dingin dan hampir dibuat menggigil. Berbeda dengan Kagumi dan Andrian. Alih-alih merasa takut dan terdistraksi oleh udara dingin, mereka justru menjadi lebih waspada terhadap sekitar. Pandangan mereka mengedar di antara pepohonan, mengantisipasi ada pergerakan Wendigo di kejauhan.
"Saya rasa Wendigo Alpha itu sudah dekat," ujar Kele, jendral perang yang berdiri tepat di samping Akando. Wajahnya pun dihiasi war paint.
"Bagus! Segalanya pasti berjalan dengan lancar malam ini," jawab Akando tenang.
Tiba-tiba, terdengar semak belukar yang saling bergesekan. Semua yang ada di sana refleks memalingkan pandangan ke sumber suara. Sekitar sepuluh meter di hadapan mereka, di antara pepohonan dan kegelapan yang mencekam, terlihat ada pergerakan. Sulit melihat apa yang terjadi di dalam sana akibat minimnya cahaya. Perlahan, segalanya menjadi jelas. Ketika melihat bayangan hitam di antara semak dan pepohonan, Tadashi menelan ludah.
Dengan bantuan cahaya bulan, wujudnya perlahan-lahan kian jelas seiring dengan langkah beratnya yang semakin mendekat. Tubuh jangkung kurus dengan tulang rusuk yang menonjol, jemari dengan kuku-kuku tajam, serta kepala berwujud tengkorak rusa dengan dua tanduk yang menjulang. Ketika menatap kedua matanya, hanya kegelapanlah yang terlihat. Dingin, kosong, seperti tidak ada kehidupan di sana. Mulutnya perlahan-lahan terbuka lebar, menunjukkan taring-taring tajam yang siap mengoyak siapa pun yang ada di hadapannya.
Evelyn dan Robert menahan napas saking takutnya. Tubuh mereka bergetar hebat. Berkali-kali melihat makhluk haus darah itu tidak membuat keduanya terbiasa. Sebelumnya, mereka masih memiliki kesempatan untuk melarikan diri. Namun, kini jarak makhluk itu cukup dekat dengan mereka, dan dalam hitungan detik, Wendigo itu dapat memangsa mereka jika ia mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Walker [COMPLETED]
Fantasy🏆 The Wattys Winner 2022 (Wild Card) 🏆 Wattpad Ambassadors ID's Pick 2024 🏆 Reading List WIA Indonesia Periode 3 Konon, seorang dream walker hanya terlahir satu di setiap generasi. Selama ini, Tadashi Reyes menyangka kemampuannya yang langka ada...