Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, ketiga remaja itu sampai di kediaman keluarga Reyes. Gumpalan kapas mendung mendominasi langit, hujan deras masih membasahi bumi, begitu pula guntur yang mengikutinya. Robert memarkirkan Mercedes-Benz mewahnya lumayan jauh dari rumah Tadashi. Ketika diamati lebih jauh, tidak ada hal yang aneh. Hening, tidak ada suara teriakan ataupun pertempuran dari arah sana. Rumah keluarga Reyes masih utuh berdiri. Tetangga sekitar pun terlihat tenang, tidak menimbulkan reaksi berlebihan seperti ketika berada di dalam keadaan yang membahayakan.
"That's weird. Rumahmu terlihat tenang. Kau bilang kemungkinan Wendigo itu menyerang rumahmu?" tanya Evelyn pada Tadashi.
"Yeah. Apa ibumu bergurau? Atau kau salah mengartikan kodenya?" Robert juga bertanya.
Tadashi hanya bisa menggeleng, sama bingungnya dengan mereka berdua. "I don't know."
Pemuda beretnik asia-kaukasia itu menelan saliva. Ia merasa tidak salah menafsirkan keadaan. Apakah ibunya bercanda? Namun, rasanya tidak mungkin. Dirinya tahu satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah memastikannya sendiri, masuk ke dalam rumah dan mengecek keadaan sang ibu. Padahal, setengah jam yang lalu pemuda itu sudah berani mengambil risiko. Mengapa setelah sampai ke tujuan nyalinya kembali ciut?
Melalui refleksi kaca mobil, dirinya melihat seseorang duduk di jok penumpang belakang, tepat di sebelah Evelyn. Sosok ber-hoodie tanpa sepasang mata sedang bersedekap dan menyeringai ke arahnya. "Padahal ibumu sudah pernah memberitahu soal konsekuensi, tetapi kau tidak juga belajar ya, Tadashi? Kau pengecut yang menyedihkan," desis sosok itu.
Kedua mata Tadashi membola, menatap horor sosok itu. Refleks, pemuda itu menoleh ke bangku penumpang belakang sebelah Evelyn. Evelyn yang menyadari keanehan raut wajah Tadashi, dengan refleks mengikuti arah pandang pemuda itu. Namun, ia tidak menemukan sesuatu yang ganjil di sampingnya.
"Tadashi, you okay?" bisik Evelyn yang ikut merasa ketakutan.
Mendengar suara Evelyn, pemuda itu mengerjap. Tidak ada sosok ber-hoodie di sana. Tadashi mengedarkan pandangan ke seluruh interior mobil Robert, bersikap waspada jikalau sosok itu kembali datang. Rahangnya mengeras, tangannya terkepal. Rasa jijiknya terhadap sosok itu muncul kembali.
"Hey, get a hold of yourself, Man." Robert menepuk bahu sahabatnya.
Tadashi balik menatap sahabatnya, kemudian mengangguk pelan. Ia mengerjap beberapa kali, berusaha meredakan emosi dan mencoba untuk tidak terlalu memikirkan sosok tanpa mata yang baru saja dilihatnya. Ah, mungkin saja itu hanya manifestasi dari rasa takutnya, 'kan?
Robert menunjuk jok mobil penumpang yang diduduki Evelyn. Gadis itu mengernyit, tidak mengerti pada awalnya. Namun, lama-lama ia paham akan kode yang diberikan Robert. Evelyn mengintip ke balik jok, kemudian menemukan sebuah tongkat bisbol. Ia mengambilnya dan memberikannya pada Tadashi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Walker [COMPLETED]
Fantastik🏆 The Wattys Winner 2022 (Wild Card) 🏆 Wattpad Ambassadors ID's Pick 2024 🏆 Reading List WIA Indonesia Periode 3 Konon, seorang dream walker hanya terlahir satu di setiap generasi. Selama ini, Tadashi Reyes menyangka kemampuannya yang langka ada...