Dua hari berlalu. Sepuluh menit sebelum bel pertama berbunyi, Tadashi Reyes berdiri di koridor Red Valley High yang dipenuhi murid yang sedang berlalu-lalang, ia mengatur kombinasi gembok hingga pintu lokernya terbuka, kemudian mengambil textbook Sejarah Amerika dari dalam sana dan memasukkannya ke dalam ransel. Sudut matanya menangkap presensi seseorang yang sedang bersandar di loker samping kanannya.
"Hai, Vincent van Gogh," sapa gadis berambut hitam dengan highlight biru dan tote bag yang disampirkan di bahunya.
"Hai." Tadashi membalas sapaan itu. Ia menutup pintu loker, kemudian menoleh ke arah Evelyn.
"Kelas Sejarah Amerika di Jumat pagi?" Evelyn melirik ransel Tadashi. "Kuharap kau sudah meminum kopi atau semacamnya."
"Sayangnya belum," jawab Tadashi, "mungkin jika kita saling berkirim pesan sepanjang kelas, rasa kantuk yang kurasakan akan hilang."
Evelyn memutar bola matanya sambil terkekeh datar. "Aku tidak suka memainkan ponsel di dalam kelas, Reyes. Terlebih lagi kita adalah murid senior yang harus fokus pada pelajaran sebelum ujian akhir tiba."
"Too bad," respons Tadashi.
"Hei, um ...." Evelyn bergeming, terlihat ingin mengatakan sesuatu, tetapi sedikit ragu. "Can I ask you something?"
"Shoot."
"Pagi itu ... ketika kau meneleponku, mengapa kau menanyakan apakah aku baik baik saja?" tanya Evelyn serius.
Tadashi mengernyit. "Aku sudah bilang bahwa aku hanya ingin menanyakan kabarmu. Mengapa kau bertanya?"
"Entahlah, aku merasa ada yang aneh." Evelyn mengalihkan pandangan dan bergeming sesaat. "Kau meneleponku tepat setelah aku terbangun dari mimpi buruk."
Pria bermata sipit itu terkejut. "Bisakah kau ceritakan apa yang kau lihat di mimpimu?"
"Ini sedikit memalukan dan menyeramkan secara bersamaan." Evelyn menunduk, menatap sepasang Converse putihnya. "Aku berada di tengah badai salju dan monster berkepala rusa menyeretku, membawaku pergi ke suatu tempat yang mengerikan." Kemudian gadis itu melirik sepasang netra cokelat tua milik Tadashi. "Kau ada di sana bersama seekor kucing. Aku berteriak memanggil namamu, tetapi kau tidak datang menyelamatkanku. Menurutku itu merupakan kebetulan yang cukup aneh."
Mendengar cerita Evelyn, Tadashi terkejut bukan main. Ia yakin sekali hanya mengundang sang kakek untuk masuk ke dalam mimpinya. Selain Wendigo itu, mengapa Evelyn juga turut terseret ke dalam mimpi buruknya?
"Astaga." Pemuda itu menyugar helaian rambut hitamnya, kemudian menunduk dan mendesah pelan. "Oke, aku tahu penjelasanku ini akan terdengar tidak masuk akal. Pada malam itu, kau terhubung dengan mimpiku."
Evelyn membelalak. "What?"
"Aku serius."
"Aku terhubung dengan mimpimu? Apa maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Walker [COMPLETED]
Fantasi🏆 The Wattys Winner 2022 (Wild Card) 🏆 Wattpad Ambassadors ID's Pick 2024 🏆 Reading List WIA Indonesia Periode 3 Konon, seorang dream walker hanya terlahir satu di setiap generasi. Selama ini, Tadashi Reyes menyangka kemampuannya yang langka ada...