Setelah berkendara cukup lama, Robert menepikan Mercedes-Benz putihnya di tepi jalan. Di sebelah kiri mereka terdapat lahan seluas 218 hektare yang hampir keseluruhannya ditanami pohon. Lampu-lampu di dekat jalan setapak memberikan penerangan. Queens Forest Park malam ini cukup sunyi. Sejauh mata memandang, tidak ada orang yang mengunjungi tempat ini selain mereka.
"Oke, kita sudah sampai." Robert mematikan mesin mobil, kemudian bertanya, "Lalu sekarang bagaimana?"
Andrian yang duduk di bangku penumpang depan menoleh ke belakang, menyaksikan Tadashi dan Dakota masih tertidur dengan tenang. Pria berambut pirang itu kemudian menoleh pada Robert. "Tidak ada yang bisa kita lakukan selain menunggu mereka bangun."
Robert ikut melihat ke bangku belakang. Ia bertemu pandang dengan Evelyn yang duduk di sebelah Tadashi dan Dakota. Gadis itu menggeleng dan mengedikkan bahu.
"Aku mau merokok. Kabari aku jika mereka sudah bangun," ujar Andrian. Pria paruh baya itu kemudian membuka pintu, keluar dari dalam mobil, kemudian menutupnya lagi. Ia merogoh saku celananya untuk mengambil rokok dan pemantik. Dari bayangan Andrian yang dihasilkan oleh cahaya bulan, Kagumi menampakkan wujudnya. Wanita itu kini telah berubah menjadi manusia biasa dengan gagak yang bertengger di bahunya. Andrian sudah terbiasa dengan kemunculan istrinya yang tiba-tiba, sehingga ia tidak bereaksi berlebihan seperti terkejut dan berteriak. Kagumi berjalan santai di atas jalan setapak untuk memasuki taman, bersebelahan dengan suaminya yang sedang menyalakan rokok dengan pemantik.
"Kau lihat itu tadi?" tanya Robert pada Evelyn. Melalui jendela mobil, pemuda berambut merah itu menatap punggung sepasang suami istri itu di kejauhan dengan binar kekaguman. "Aku masih tidak terbiasa dengan perubahan wujud yang dilakukan Mrs. Reyes. Ia bisa menyamar menjadi bayangan siapa saja! Mereka berdua keren sekali jika berjalan bersebelahan!"
Namun, yang diajak bicara tidak menjawab. Robert menoleh ke bangku belakang, melihat Evelyn duduk menyamping dengan tatapan kosongnya yang tertuju pada Tadashi. Dari air muka wajahnya yang keruh, terlihat jelas bahwa gadis itu merasa begitu khawatir.
"Hei. Dia akan baik-baik saja," ujar Robert lagi. Kali ini, Evelyn akhirnya menoleh.
"I know." Evelyn mendesah pelan. Kini, ia duduk menghadap ke depan dan kembali bersandar ke jok mobil. Gadis itu menunduk, memainkan kuku-kuku jarinya.
Melihat Evelyn yang lesu, Robert memutuskan untuk membuka percakapan. "You okay? Wanna talk about it?"
"I'm fine, Robert." Evelyn tersenyum simpul sedetik. "Hari ini terasa panjang sekali. Terlalu banyak hal yang terjadi dan semuanya naik turun seperti roller coaster, tapi tidak apa-apa. Lama kelamaan aku akan terbiasa."
Robert mengangguk pelan, kemudian mengalihkan pandangan. Atmosfer menjadi canggung setelah Evelyn memutuskan untuk tidak membuka diri padanya. Namun, Robert merasa tidak bisa memaksakan kehendaknya. Pemuda itu kembali duduk bersandar di jok pengemudi, mengeluarkan ponsel dari saku dan mulai menggulir media sosial untuk mengisi kekosongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Walker [COMPLETED]
Fantasy🏆 The Wattys Winner 2022 (Wild Card) 🏆 Wattpad Ambassadors ID's Pick 2024 🏆 Reading List WIA Indonesia Periode 3 Konon, seorang dream walker hanya terlahir satu di setiap generasi. Selama ini, Tadashi Reyes menyangka kemampuannya yang langka ada...