Tiga minggu berlalu. Sesuai arahan sang kakek, Tadashi Reyes melewati malam-malamnya tanpa mengunjungi mimpi orang lain. Tidak ada tanda-tanda dari pergerakan Akando dan Noah, Dakota pun tidak merasakan adanya aktivitas sihir kuno di sekitar. Meski begitu, Tadashi tetap berhati-hati dan mengurangi kegiatan di luar rumah. Jika jam sekolah sudah selesai, pemuda itu akan langsung pulang. Sesekali, ia mengunjungi kediaman Lewis untuk mengerjakan tugas bersama sahabatnya.
Hubungannya dengan Evelyn tidak sepanas dulu, gadis itu tidak lagi membuang muka ketika Tadashi menyapanya. Namun, semuanya tak lagi sama. Kecanggungan selalu meliputi mereka, sehingga keduanya tidak pernah menghabiskan waktu untuk mengobrol seperti dulu. Meskipun kecewa, Tadashi berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya. Baginya, ada hal-hal penting yang harus diberi perhatian lebih sekarang, seperti nilai-nilai akademiknya. Perilaku Evelyn padanya adalah hal yang berada di luar kendalinya, maka ia tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan, 'kan?
Malam ini, Tadashi sedang berkutat dengan laptop, kesepuluh jarinya menari lincah di atas keyboard. Untuk menahan kantuk, terkadang ia menyesap secangkir kopi hangat yang sudah disiapkannya di atas meja belajar. Ketika merasa suntuk dengan tugas sekolahnya, ia mengalihkan pandangan dari layar, kemudian duduk bersandar di kursi dan meregangkan tangannya.
Tiba-tiba saja, benda pipih di sebelah laptop bergetar. Tadashi mengambil ponselnya, kemudian menjawab sebuah panggilan video.
"Hai R—"
"Tadashi!" Sebelum Tadashi menjawab, Robert sudah terlebih dahulu menyapanya dengan wajah yang sumringah. "Good news!"
Melihat wajah sahabatnya yang begitu ceria di seberang sana, Tadashi terkekeh. "Kau seperti habis memenangkan lotre seharga ribuan dolar."
"Lebih keren dari lotre, Bro!" Robert mengarahkan kamera ponsel pada laptop di kamarnya. Tadashi memicingkan mata untuk melihat tampilan layarnya.
"What is this? Website NYU?" tanyanya ketika melihat logo NYU sebagai header website tersebut.
"Lihatlah lebih dekat!" seru Robert. Pemuda itu mendekatkan ponselnya ke layar laptop.
Namun, Tadashi masih tidak bisa melihat dengan jelas. "Sorry. Bisakah kau sedikit mengarahkan kameramu ke atas? Pantulan cahaya dari laptopmu agak mengganggu."
Robert menurut, ia sedikit mengangkat tangannya, mengarahkan ponselnya ke atas. "Kau melihat tulisan berwarna merah?"
"Yeah, aku melihat—" Ucapan Tadashi terhenti. Perlahan, pemuda beretnik asia-kaukasia itu menyunggingkan senyum lebar, kedua netranya membulat ketika membaca tulisan berwarna merah yang tertera di sana. "Robert! Kau resmi menjadi calon mahasiswa NYU!" serunya.
"I know, Tadashi, I know!" seru Robert tak kalah hebatnya. Video di layar ponsel Tadashi bergerak-gerak dengan cepat, pertanda pemuda berambut merah itu sedang melompat-lompat kegirangan. "NYU menerimaku! Setelah musim panas, aku akan berkuliah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Walker [COMPLETED]
Fantasy🏆 The Wattys Winner 2022 (Wild Card) 🏆 Wattpad Ambassadors ID's Pick 2024 🏆 Reading List WIA Indonesia Periode 3 Konon, seorang dream walker hanya terlahir satu di setiap generasi. Selama ini, Tadashi Reyes menyangka kemampuannya yang langka ada...