"Simpan euforiamu setelah kita berhasil mendapatkan jawaban. Sekarang, mari kita cek ada apa di dalam gua ini!"
Tadashi mengangguk, ia berlari kecil masuk ke dalam gua yang lebih hangat dan terang, diikuti oleh Dakota. Kini, temperatur yang sangat rendah tidak lagi mengganggu mereka. Sambil berjalan mengikuti sumber cahaya, kakek dan cucu itu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru gua. Sekilas, tidak ada sesuatu yang menarik dari tempat ini. Mereka hanya memasuki gua biasa.
Namun, ketika masuk lebih dalam, keduanya menemukan api unggun yang masih menyala. Sekarang, tempat ini menjadi berkali-kali lipat lebih hangat, cahayanya dapat membantu mereka melihat lebih baik dari sebelumnya. Tidak jauh dari api unggun itu, Tadashi melihat sesuatu di balik bayangan. Dengan refleks, ia menepuk lengan kakeknya.
Ada manusia lain selain mereka; seorang pria pertengahan tiga puluhan, meringkuk di atas tanah dengan jaket tebal berlapis-lapis. Kulitnya pucat dengan bibir yang membiru, napasnya pendek dan lemah. Tadashi memberanikan diri untuk mendekat, mengamati keadaan pria itu lebih jelas lagi.
"Apakah ia ... sekarat?" tanya Tadashi pelan pada kakeknya.
"Sepertinya begitu," jawab Dakota, "mungkin hipotermia."
Dakota mengedarkan pandangan ke sekitar pria itu. Di dinding, terdapat gambar tiga garis vertikal yang diukir oleh bebatuan. Banyak kaleng-kaleng makanan berserakan di tanah. Pria tua itu membungkuk, mengamati lebih dekat label-label makanan kaleng tersebut.
"Aku sering melihat merk ini di supermarket." Dakota kembali menegakkan tubuh. "Di mana pun letak gua ini, dan segalanya yang kita lihat sekarang, terjadi di zaman modern."
"Kalau begitu kita harus menolongnya!" desak Tadashi. "Bagaimana jika semua yang kulihat ini terjadi di waktu yang sama di dunia nyata? Dan pria malang ini benar-benar akan menemui ajalnya?"
Dakota menggeleng. "Kita tidak tahu kapan dan di mana tepatnya semua ini terjadi. Tidak ada yang dapat kita lakukan."
"Tapi--"
Pergerakan dari arah mulut gua memutus ucapan Tadashi. Keduanya menoleh, mendapati satu lagi pria dengan usia yang sama sedang melangkah masuk. Ia berjalan pelan sambil memeluk tubuhnya yang bergetar hebat. Langkahnya terseret-seret. Meskipun telah mengenakan jaket berlapis-lapis, serta topi dan syal rajut, pria itu tetap tidak dapat menyesuaikan diri dengan temperatur yang sangat rendah. Gigi-giginya beradu, bahkan Tadashi dan Dakota dapat mendengarnya cukup jelas.
"S-sudah tiga hari berlalu ... dan ... mereka tidak k-kunjung ... datang ...." Ucapan pria itu terputus-putus. Ia mendaratkan bokongnya di depan api unggun, kemudian meringkuk dan memeluk seluruh tubuhnya. Kini, pria itu terlihat lebih hangat. Tidak ada lagi gigi-gigi yang beradu, meskipun masih sedikit menggigil.
Ia menoleh. Pria yang mengalami hipotermia di sampingnya tidak menjawab, masih meringkuk dengan kedua netra terpejam, napasnya semakin lemah. Pandangannya kini tertuju pada kaleng-kaleng makanan yang tersebar di sekitar mereka. Tiba-tiba saja, emosinya berkecamuk, tangisnya pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Walker [COMPLETED]
Fantasy🏆 The Wattys Winner 2022 (Wild Card) 🏆 Wattpad Ambassadors ID's Pick 2024 🏆 Reading List WIA Indonesia Periode 3 Konon, seorang dream walker hanya terlahir satu di setiap generasi. Selama ini, Tadashi Reyes menyangka kemampuannya yang langka ada...