"Kalau begitu ... apakah putri duyung itu nyata?"
Tebing berlatar matahari terbenam itu hening untuk sejenak, hanya terdengar kawanan camar yang melengking merdu di langit. Robert dan Evelyn terperangah menatap Kagumi yang tercipta dari bayangan Tadashi. Ah, tidak tepat jika disebut 'tercipta'. Mungkin saja Tadashi memang memanggil sang ibu, dan wanita itu datang ke alam mimpi melalui bayangan putranya?
Rambut hitam lurus Kagumi tergerai rapi. Wanita itu mengenakan mantel kulit hitam dengan panjang selutut. Kaus katun berwarna putih yang pas di tubuh dikombinasikan dengan jeans berwarna gelap. Ia berdiri dengan gagah di hadapan ketiga remaja itu, dilengkapi dengan katana di tangan kanan dan seekor gagak yang bertengger di bahunya.
Wanita cantik keturunan Jepang-Indian itu tersenyum ramah. "Aku senang kau masih mengingatku, Robert."
"Woaaah ...." Robert membelalak, mulutnya menganga. "Mrs. Reyes, is that you? Kau ... terlihat sangat berbeda dari biasanya." Pemuda berambut merah itu meneliti sosok di hadapannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Yeah, maksudku ... sebuah pedang ... dan seekor gagak?"
Ah, Tadashi pun awalnya tidak terbiasa melihat sang ibu membawa gagak. Wajar saja Robert bertanya.
Kagumi terkekeh. "Of course it's me."
"Yeah, it's her. It's a long story, tapi inilah dirinya yang sebenarnya. Ibuku bukan ibu rumah tangga biasa, seperti bayanganmu selama ini. Faktanya, dunia ini memang tidak sesederhana bayangan kita semua." Tadashi menambahkan.
"Dunia ini tidak sesederhana yang kita bayangkan? Apa maksudmu?" tanya Robert lagi.
"Yeah, kau ingat Wendigo yang selama ini hanya menjadi mitos, rupanya benar-benar nyata?" jawab Tadashi.
Robert mengangguk paham. Ia masih menatap ibu sahabatnya dengan binar kekaguman. Sedangkan Evelyn, ia menatap wanita itu dengan tatapan tidak percaya. Kini, kepala dua remaja itu dipenuhi ribuan tanda tanya. Apa yang mereka lewatkan selama ini? Apakah keluarga Reyes memang semengagumkan ini?
"Let's take a walk!" ajak Kagumi.
Mereka melangkahkan kedua tungkai menuruni tebing, hingga sampai di perbatasan hutan dengan pohon-pohon yang rindang. Kagumi berjalan di depan dengan tiga remaja yang mengekorinya. Tidak ada yang berbicara, hanya terdengar langkah kaki dan beberapa ranting yang patah. Gagak yang bertengger di bahu Kagumi mengamati tiga manusia asing yang berada di belakangnya. Sesekali, memiringkan kepalanya ke samping sekitar empat puluh lima derajat.
"Kalau begitu ... apakah putri duyung itu nyata?" Robert memecah keheningan, bertanya pada Tadashi.
"I don't know. Mom, is the mermaid real?" Tadashi mengoper pertanyaan tersebut pada ibunya.
"Kami mengenal mereka dengan sebutan siren, dan wujud mereka tidak secantik cerita dongeng." Jawaban Kagumi membuat ketiga remaja di hadapannya terperangah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Walker [COMPLETED]
Fantasy🏆 The Wattys Winner 2022 (Wild Card) 🏆 Wattpad Ambassadors ID's Pick 2024 🏆 Reading List WIA Indonesia Periode 3 Konon, seorang dream walker hanya terlahir satu di setiap generasi. Selama ini, Tadashi Reyes menyangka kemampuannya yang langka ada...