Empat

646 88 2
                                    

Untuk setiap kasih, sayang, dan perhatian…

Untuk setiap nasehat, pujian, dan saran…

Untuk setiap yang beliau berikan…

Untukmu, Kakak…

Dariku untuk Awan Hitam

Kakak yang ku sayangi dan kagumi…

.

.

Kim Taehyung

Seharian ini aku berusaha menenangkan Jimin yang terlalu cemburu pada Jihyo. Entah apa yang dilihatnya pada Jihyo hingga dia begitu merasa terancam dengan keberadaannya sebagai istriku.

Padahal, ialah yang menyarankanku menikah sebagai kamuflase hubungan kami. Ah… Uke memang selalu sulit ditebak.

Bicara tentang Jihyo. Tak ku sangkal, kehidupannya sedikit membuatku pilu. Aku telah terbiasa hidup berkecukupan sama sekali tak bisa membayangkan betapa tak terperinya hidupnya saat membaca buku hariannya.

Aku akui, ia sama tak mengetahui bahwa selama ini aku telah membaca setiap goresan tangannya di buku kecil itu. Dari sanalah aku tahu, ia adalah wanita baik-baik. Tak peduli puluhan lelaki bejak itu telah merenggut kehormatannya sebagai wanita. Di mataku, ia wanita terhormat.

Aku masuk ke kamar kami, menutup pintu secara perlahan tanpa suara. Melihat lampu yang telah padam, sepertinya Jihyo sudah tidur. Namun perkiraanku salah, saat aku mendengar ia memanggilku.

"Tae?"

"Ya… Aku di sini." Jawabku sembari merebahkan tubuhku di sampingnya. Aku memejamkan mataku sejenak sampai aku mendengar suaranya kembali.

"Kau habis minum ya?"

Aku membuka kedua mataku, memiringkn posisi tidurku menatapnya. Langsung saja kedua matanya menyambutku.

 Langsung saja kedua matanya menyambutku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hanya sedikit whisky dan vodka." Kataku datar. Ku perhatikan kedua matanya langsung membulat dan ia memukul bahuku dengan tangan kanannya.

"Bodoh!" Ia langsung beranjak dari tidurnya dan bergegas menuju kamar mandi. "Whisky dan Vodka ia bilang hanya?" Samar-samar aku masih mendengar gerutuannya.

"Kau mau kemana, Hyo?" Panggilku.

"Tentu saja menyiapkan air hangat untukmu mandi, Tae!" Sahutnya kesal.

Untukku mandi? Yang benar saja? Wanita memang kadang-kadang aneh.

Kira-kira lima belas menit kemudian Jihyo sudah kembali berada di hadapanku. Aku sedikit terlelap saat dengan kedua tangannya ia mengguncang-guncang bahuku.

"Tae, bangun dulu! Kau harus mandi dulu!" Ucapnya masih dengan guncangan di kedua bahuku.

"Aa… Aku ngantuk, Hyo!" Elakku masih dengan mata terpejam. Ku pikir ia menyerah, namun sesuatu yang tiba-tiba menekan lembut bibirku membuat mataku langsung terbuka sempurna.

Wingless Butterfly ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang