06

2.7K 168 34
                                    

Sekitar pukul 17:00 terbangun saat mendengar ketukan pintu pada kamarnya itu.
Pun, mendengar suara sang ibu yang memanggil.

Senyum Citra mengembang melihat Amel tidur pulas di sampingnya. Wanita itu sedikit merendahkan tubuhnya hanya untuk mengecup sedikit pipi gembul Amel.

"Citra, tangi Nak iku ono koncomu teko."

*"Citra, bangun Nak itu ada temanmu datang."

Resti masih mengetuk-ngetuk pintu kamar putrinya yang belum terbuka.

Namun, tak berapa lama, ia tersenyum sekilas saat sudah bertemu pandang dengan anaknya.

"Lanang tah Bu sing teko?" tanya Citra.
Menduga bahwa Aldan—papanya Amel, yang datang.

"Laki-laki ya Bu yang datang?"*

Resti mengangguk, "Udah Ibu suruh nunggu di ruang tamu kok. Ibu tawarin minuman nggak mau katanya cuma sebentar di sini. Dia pakai jas putih kayak dokter gitu, Neng."

Sepertinya memang benar Aldan yang sedang ibunya bicarakan.

Mengingat Resti tak turut menyambut tamu anaknya itu sehingga menyambut pun seadanya saja karena tidak kenal. Beliau sibuk dengan pekerjaan rumah tangga kalau pagi hari.

Cukup kaget saat tadi Citra pulang dari mengajar membawa anak kecil. Ternyata anak dari teman putrinya itu.

"Memang dokter, Ibu. Oke deh Bu suwun nggih, ini akan Citra temuin orangnya," balas Citra.

Resti mengiyakan, "Tadi Bapak bawa alpukat Neng mau ibu buatkan jus?"

"Mauuu," jawab Citra.

Ibunya manggut-manggut, "Yaudah sana jumpain temennya biar Ibu buatkan jus alpukatnya. Ini anak temenmu kapan dijemput? Kok bisa orang tuanya nitipin anak ke orang lain lama banget."

"Ibu ih gak papa dong, lagian Citra juga seneng sama anak kecil kok. Itu yang di depan papanya Amel, Bu." Citra meraih kerudung instan yang digantung pada jendela kamar, memakainya dengan segera.

"Iya terserahmu ajalah Neng," kata Resti bergerak untuk melenggang pergi dari kamar putrinya.

"Makasih sekali lagi ya, Ibuku!!" sorak Citra.

Resti hanya berdeham malas barulah sosoknya benar lenyap dari depan Citra.

Maka tersisa Citra dan Amel di ruangan itu. Dinding kamar Citra memadukan warna sunrise orange dan carrot orange ingin meninggalkan kesan kehangatan. Terdapat pula sebuah pendingin ruangan, meja kerja di depan jendela tinggi, walk in closet, dan satu kamar mandi dalam. Untuk kamar tidur yang didiami seorang diri bisa dikatakan ukurannya besar.

Citra mengambil tas sekolah Amel disampirkan pada pundaknya, tas lain berisi keperluan anak itu yang dijinjing.

"Amel bangun yuk," ucapnya sambil mengusap-usap kepala Amel yang tidur pulas di kamarnya. Amel untungnya selama Citra jaga maka dia tenang dan mudah diatur.

Tidak ada pergerakan sama sekali.

Citra mengguncang pipinya pelan, "Amel bangun yuk Sayang itu papa kamu udah jemput. Pasti Amel kangen Papa kan?"

Maka Amel mengerjapkan kelopaknya.

"Ibu guru cantik." Entahlah, julukan yang Amel sematkan untuknya terdengar menggemaskan.

Citra tersenyum simpul, "Sini bangun Nak, ada Papa kamu deh kayaknya di luar."

"Papa? Yeay!" sorak Amel.

Cepat-cepat turun dari ranjang berukuran king itu dengan terburu-buru.

"Ayo Ibu guru cantik," ajaknya pada Citra yang refleks mengekori karena pergelangan tangannya sudah ditarik.

I Love You, Mas Petani✔️[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang