08

2.7K 149 39
                                    

Mas Aga
Dek
Ki Mas pamit arep nang Jakarta
Jaga diri adek di kampung yo
Jare Mas ra tego ninggalke Citra opo meneh bar tunangan tapi enek sing harus Mas handle
di sana dek
Mas njaluk ngapuro mung nambahi beban pikiranmu tapi suwun iseh tetep sabar ngancani aku seko durung dadi opo2 smpe saiki karir Mas wes rodo apik, wes iso tuku opo sing Mas kepingini lan gowo Citra dolan2 ke tempat2 sing bikin kamu happy
Mas sayang sama kamu Citra
I love you❤️

Citra
Iyo Mas hati-hati jan lupa maem


Segera Citra mematikan ponselnya setelah membaca deretan pesan dari Aga yang baru ia buka pagi ini. Semangat paginya yang akan dipakai untuk mengajar jadi sirna berganti perasaan tak enak.

Citra entah mengapa masih sulit menaruh kepercayaan jikalau ditinggal jauh oleh Aga. Ya, meskipun berada di kota yang sama ia berani menjamin jika Aga tidak aneh-aneh diluaran sana. Namun, rasanya pikiran Citra jadi berpikir liar nan jauh membiarkan Aga pergi ke Jakarta. Naasnya wanita itu tak bisa melarang sebab dirinya belum menjadi istri pria itu.

"Citra udah lho mau jam berapa lagi sih berangkatnya nanti terlambat sampe sekolah kamu ngamuk. Citra!!" teriak Resti dari luar kamar putrinya.

Seketika Citra tersentak kaget. Lekas memasukkan ponsel ke dalam tas dan menguncinya. Mengambil kunci motor yang sudah apik tersimpan dalam genggamannya. Segera Citra keluar dari kamar agar Ibu tak lagi berkoar-koar di pagi ini.

"Ibu ish teriak dari dapur tapi sampe ruang depan sana kedengeran," cibir Citra saat sampai di hadapan ibunya.

"Itulah kamu kalo nggak diteriakin gitu masih aja betah ndekem di kamar," ujar Resti menatap anaknya yang selalu cantik dalam balutan seragam guru.

Citra mencium punggung tangan ibunya, "Aamiin. Citra berangkat kerja ya, Bu. Assalamualaikum. Eh Bapak udah pergi?"

"Belum, itu di belakang lagi naliin ayam-ayam kampung, tadi anaknya Pak RT ke sini mau beli ayam kampung buat dibikin ayam ingkung, nanti malem ada kenduri di rumahnya. Ibu disuruh bantu-bantu masak," jawab Resti.

"Lho mau bikin acara apa Pak RT? Si Oji aja nggak ada cerita-cerita kalo di rumahnya ada selametan," balas Citra. Oji, pria itu salah satu temannya Citra sesama guru.

"Ya si Oji itu tadi sing teko nang omah. Tapi mau nikah dia, masa kamu nggak tau." Resti menghentikan kegiatannya. Menatap anaknya.

(Dateng ke rumah)

"Parah banget ih, lupa temen. Undangan nikahan aja nggak ada sampe ke Citra nih." Citra menekuk wajah cemberut.

"Kayaknya nggak bikin acara gede deh, Neng. Lagi nutupin apa ya Pak RT? Si Oji hamilin anak orang?" tebak Resti. Keuntungan punya anak cewek ada teman untuk diajak bergosip.

Citra memukul pelan lengan ibunya, "Hush Ibu ngomongnya."

"Tadi buru-buru banget lho si Oji. Udahlah nanti dateng bareng Citra aja deh Ibu ya. Ikut bantu-bantu di sana juga kamu tuh perlu Neng apalagi bentar lagi kamu yang mau nikah. Kenalin tetangganya satu-persatu. Pergi sama bapakmu yang ada Ibu cuma dianterin aja habis itu dia pulang lagi. Mana mau bapakmu itu ngumpul-ngumpul sama tetangga. Katanya males pasti diajakin ngopi sama main kartu," jelas ibunya.

Wanita berumur 25 tahun itu manggut-manggut paham, "Ya udah Citra kerja ya, Bu. Salam ke Bapak dulu bentar."

Resti sempat mengusap kepala putrinya penuh sayang. Membuntuti langkahnya.

"Bapak," panggil Citra.

Kun menoleh. Semula duduk di kursi santai yang terdapat di serambi halaman belakang, kini sontak menoleh dan sudah menemukan istri dan anaknya di ambang pintu dapur.

I Love You, Mas Petani✔️[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang