09

2.5K 143 40
                                    

Citra rencana datang kondangan ke pernikahan Oji bareng-bareng dengan Nining dan rombongan guru SD yang lainnya. Namun, yang mengejutkan justru Citra menemukan Aga yang sudah berkunjung ke rumahnya pada pukul 19.00 ini. Jelaslah Citra terkejut tak menyangka-nyangka bagaimana bisa Aga sudah kembali ke Yogyakarta sementara katanya ada pekerjaan dadakan di Jakarta padahal Citra sama sekali tidak rewel meminta lelaki itu segera pulang.

"Cantik banget anaknya Pak Kuncoro."

"Opo to lebay jelasin kok kamu sudah di rumah Citra Mas bukanne sek enek kerjanan nang Jakarta?"

(Apa sih lebay! Jelasin kamu kenapa sudah di rumah Citra bukannya masih ada kerjaan di Jakarta?)

"Kamu mau ke mana? Gara-gara kamu Mas uring-uringan di Jakarta makanya langsung mutusin pulang ke sini lagi." Air mukanya memang menunjukkan kegelisahan. Ditambah pucat pasih bukan seperti Aga yang biasanya.

"Apa sih maksudnya Mas? Barusan datang sudah nuduh aku," balas Citra tak terima dipojokkan. Ia ikut bergabung duduk di sofa ruang tengah tersebut. Hanya berdua saja sebab orang tua Citra pun sedang ada di hajatan Pak RT.

"Chat sama telepon Mas Aga satupun nggak kamu respon, Citra. Mas juga mau tahu kabar kamu." Aga sudah meraih genggaman Citra, mencium punggung tangannya yang sukses membuat Citra terperanjat.

"Citra lagi sibuk banget. Anaknya Pak RT hari ini nikah. Citra disuruh bantu-bantu, ini mau kondangan ke sana," jawab Citra.

"Kamu tahu gak sih Mas baru banget nyampe. Nikahan Jeffrey sama Viona sepertinya akan dimundurkan. Semalem ayahnya Viona tutup usia, Dek," jelas Aga.

"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." Citra turut sedih. Tinggal dua bulan lagi pernikahan Jeffrey dan Viona terlaksana, tetapi si calon pengantin wanita justru ditinggalkan oleh ayahnya yang harusnya bertugas menikahkan sang putri dengan pria pilihannya. "Mas Aga harusnya di sana, dampingi Jeffrey, kok nemuin Citra? Trus Mas kok koyok lemes dan pucet o raine koyok wong sakit."

(Mas Aga kok kayak lemes dan wajahnya pucat kayak orang sakit)

"Mas Aga gak papa. Mas kepikiran kamu terus. Apa Mas ada bikin salah? Kamu sulit sekali lho dihubungi dari semalam. Chat Mas hanya dibaca, telepon pun tidak diangkat. Kenapa Citra gituin Mas sih? Sudah Mas lamar lho Citra ini, Sayang." Hanya wajah Citra yang terpancar aura sendu dan dingin pada malam di mana Aga dan keluarganya datang meminang wanita itu yang terus terlintas dalam pikiran Aga. Seakan-akan Citra tidak benaran serius disematkan cincin indah dari Aga pada jari manisnya.

"Mas Aga lebay. Aku nggak kenapa-napa. Udah ya Mas aku mau pergi ke nikahan Oji soalnya temen-temenku udah OTW dan Ibu juga udah di sana," ujar Citra sambil menyalakan mesin motornya.

"Mas ikut," ujar Aga.

"Ngapain? Mas Aga capek baru dari Jakarta. Sana pulang, pergi istirahat," usul kekasihnya.

"Tidak mau, pokoknya mau ikut. Ayo naik mobil aja ke sananya. Rumah Pak RT di mana? Bisa kan masuk mobil?" tanya Aga.

"Udah mulai mau pamer ya Mas kalo dateng dari kota? Mas Aga yang Citra kenal tuh selalu naik motor butut itu," celetuk Citra.

"Nggak gitu Yang motornya rusak. Mas nggak ngerti masalah di mananya tapi tiap dibawa pasti di tengah jalan bakal mati-mati mulu. Mas Aga nggak ngerti soal motor," jelas Aga.

Citra mendengus, "Ya udahlah ayo kalo mau ikut. Setidaknya ganti baju kek, mau ke nikahan orang masa pake bajunya gelap banget gini."

Aga mengangguk setuju, "Mas Aga bawa baju cadangan kok di mobil. Nanti ganti di mobil."

Maka Citra pun mengangguk. Keduanya jalan berpencar. Citra ke kamarnya lagi.

Tatapannya masih melirik Aga dari jauh. Masa sih pria itu memikirkannya?

I Love You, Mas Petani✔️[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang