07

2.6K 166 26
                                    

"Weslah ora ngapusi perasaanmu dewe saestu atimu ki lo pengen bali karo dek'ne!" cetus Aga.

Citra menggeleng. "Ora Mas kamu salah paham. Dia Aldan memang mantan pacar Citra tapi ya uwes ora ono ikatan sing luwih teko iku. Aldan nitipke anak'e sedino tok sama Citra karena de'en ono jadwal operasi dadakan, suster sing momong Amel jebule sakit makakne bawa Amel kemari. Memang tadi sempet ono pembicaraan Aldan sing ra nggenah ngajak balikan tapi yo wes Citra tolak. Citra bilang wes nduwe calon. Teko Mas Aga malih langsung gebukin ora jelas kek ngono. Kasian lo ada anaknya disitu."

"Ah mboh Cit pokok'e Mas Aga gak bisa biarkan ini kejadian lagi."

Aga justru pergi begitu saja tanpa minat ingin mendengarkan penjelasan lebih dari Citra.

Sekarang apa-apaan si Aga ini, lelaki itu sepertinya salah paham imbas sudah cemburu berat, sehingga keputusan inilah yang dirinya ambil sekarang.

Malam harinya Aga datang kembali ke rumah Kuncoro, tetapi mengejutkan ia terlihat bersama bunda dan kakak pertamanya yakni Tegar.

Lengkap membawa empat buah hampers, yakni buah-buahan, perhiasan, setelan mukenah lengkap ada Alquran serta tasbih, dan make-up set. Tidak sampai 24 jam Aga bisa mempersiapkan bingkisan itu semua.

Kun dan Resti menyambut keluarganya Aga dengan ramah. Padahal bingung juga memahami situasi yang tengah terjadi. Namun, tanpa berniat memberikan penyambutan yang buruk, mereka pun menerima kedatangan keluarga Hengkara dengan ramah. Mereka merasa membutuhkan saksi pada pertemuan formal tersebut. Maka mengajak Faras dan Dina—istrinya. Pasutri yang tak lain ialah adik kandung dari Kun. Citra memanggil mereka Paklik dan Buklik pada kesehariannya.

Tampak Resti datang dengan membawa nampan di genggamannya. Sampai di hadapan para tamu, lekas menyusun teh dan sepiring lapis legit dan sepiring lagi ialah brownies di atas meja ruang tamu kediamannya. Lalu mengambil duduk di samping suaminya itu.

"Mari Bu, Mas, dicoba. Hanya bisa sediain ini karena tadi Aga juga nggak ada cerita-cerita dulu mau bawa ibu sama kakaknya ke sini. Maaf ya Bu tidak ada persiapan," ucap Resti.

Arum tersenyum, "Tidak masalah Bu ini saja sudah lebih dari cukup kok. Lagipula saya sama kakaknya Aga kemari hanya untuk menemani anak ketiga kami."

Saat mengetahui Aga datang bersama keluarganya, lekas Kun dan Resti mengubah penampilan mereka. Kun sudah rapi dengan kemeja batik lengan panjang ditambah celana bahan hitam, sementara Resti istrinya itu sudah cantik dengan gamis berwarna coklat susu di mana ingin senada dengan prianya.

Citra putri mereka mengurung diri di dalam kamar. Sudah diminta bersiap-siap, tetapi belum ada respon yang pasti apakah ia bersedia atau tidak jika nanti diminta keluar menemui Aga dan keluarganya.

"Rumahnya Aga yang tetanggaan bareng Bu Lurah, kan? Bu Arum ini juga bagian anggota ibu-ibu pemerintahan, beberapa kali bila diundang mewakili warga rapat di pelataran balai desa saya dan istri melihat Bu Arum gabung dengan jajaran pejabat desa," ucap Kun.

Resti mengangguk setuju pada ucapan suaminya, "Saya sering lho Bu datang untuk lihat ibu-ibu PKK demo masak."

"Bener Pak saya tetanggaan sama Bu Lurah tapi yasudah santai ajalah ngobrolnya ya, jangan kaku begini. Lho iya Bu? Kenapa tidak menyapa? Kan kita calon besan lho," ujar Arum.

"Karena tidak tau kalau Bu Arum adalah ibunya Aga. Memang si Aga ini tertutup sekali tentang keluarganya pada kami padahal hampir tiap hari ke sini. Kalau saya nanyain kabar ibunya di rumah bagaimana ya jawabannya baik, sudah seperti itu saja, nggak ada ngenalin tentang silsilah keluarganya," jelas Resti lagi.

Arum terbelalak, "Justru kebalikannya, Bu. Aga ceritain terus soal keluarganya Nak Citra. Seakan-akan sangat bangga akan menjadi calon menantu kalian. Itulah dari cerita Aga saja saya rasanya sudah suka pada Citra dan ingin segera ketemu dengan ibu bapaknya Nak Citra, ingin menyambung tali silaturahmi lebih erat."

I Love You, Mas Petani✔️[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang