11

2.3K 140 45
                                    

Sebenarnya Citra tahu dengan baik jika Aga tidak ada menggoda Laras. Justru sebaliknya Laras memang terkenal wanita genit. Aga menjadi salah satu korbannya. Namun, Citra memang tidak mudah untuk memaafkan situasi kemarin akibat rasa cemburu yang dominan ketimbang pikirannya yang ingin mencoba waras.

Bagaimana tidak, bisa-bisanya Aga dan Pak Kades menikmati duduk santai memakan gorengan meski tau sedang digodain oleh Laras. Ketika menyadari kedatangan Citra barulah mereka panik seperti baru ketahuan maling. Wajar kan kalau Citra marah?

Ngomong-ngomong, Citra cukup kaget juga dengan sebuah fakta baru yang dirinya baru ketahui. Yang mana ternyata Pak Kades menyukainya. Padahal bertemu saja jarang apalagi mengobrol empat mata bisa dikatakan tidak pernah lalu mengapa bisa-bisanya Pak Kades jatuh hati dengannya yang hanya seorang guru SD dan anak rumahan ini. Citra tidak tau harus bagaimana nanti cara bersikap di depan Pak Kades jika mereka diberi kesempatan bertemu kembali. Karena Citra menghargai perasaan Aga sebagai kekasihnya serta tidak mungkin segampang itu menerima perasaan seseorang yang masih belum ia kenal dengan sangat baik.

Saat ini Citra berada di Klinik Bersama Sehat untuk menemani Ike—tetangganya yang hari ini melahirkan. Wanita saleha itu tidak sendiri melainkan turut serta kedua orang tuanya. Sebab, keluarga Kuncoro mengambil keputusan jika bayinya Ike akan mereka adopsi. Ike akan ikut dengan bibinya setelah melahirkan pergi ke Malaysia untuk bekerja dan melanjutkan hidupnya menyambut kehidupan yang baru. Ya, Ike memutuskan menggugat cerai suaminya dan mengikhlaskan sang bayi untuk orang lain asalkan anaknya itu memiliki kehidupan layak dan tercukupi.

Jika dijelaskan perasaan Citra campur aduk. Bahagia di satu sisi menyambut kelahiran calon adiknya itu namun merasa iba dengan Ike yang mengalami semua ini. Belum lagi permasalahan dengan Aga yang masih saja menerornya perihal pernikahan mereka.

"Citra."

Langkah Citra terhenti tepat di depan meja resepsionis. Menemukan Aldan yang sebelumnya sedang berbincang dengan seorang perawat. Namun, kedatangan Citra membuat dokter muda itu terkecoh.

Citra sendiri baru kembali sebab ia tadi pulang untuk mengambil pakaian Ike dan bayinya serta membeli makanan untuk nanti mengisi perut selama berada di klinik.

"Lho Aldan kamu kerja di klinik Bersama Sehat milik Mbak Annisa tah?"

Aldan mengangguk. "Kamu kenal sama Bu Bidan?"

"Mbak Annisa kebetulan adalah kakak sepupu aku, Dan. Emang di klinik ini ada juga tuh dokter spesialis tulang dan sendi?"

"Aku dinas di sini sebagai dokter umum, Citra."

Citra membulatkan mulutnya, "Oke deh Dan aku permisi soalnya keluargaku pasien darurat di sini."

Disaat perempuan itu buru-buru justru Aldan menghalanginya.

"Pasien yang mau melahirkan itu yo Cit keluarga kamu?"

Citra mengangguk.

"Dia sudah masuk ruang bersalin gak usah khawatirlah pasti selamat kok. Aku pengen ngobrol sama kamu, Cit."

Citra menurunkan tangan Aldan yang mencekal lengannya tanpa izin.

"Weslah gak ada yang perlu lagi kita obrolin berdua."

Karena Citra yang tegas membuat Aldan tak mampu menahan kepergiannya. Sehingga kini lelaki berjas putih itu hanya menatap sendu punggung wanita berkerudung itu yang mulai menjauh dari pandangannya.

Aldan menjambak rambutnya kesal. Mengapa Citra sulit sekali digapai padahal sudah di depan matanya?

Sembari menunggu persalinan Ike lantas tampak Citra sudah berkumpul dengan Kuncoro. Sementara Resti diperbolehkan masuk menemani.

I Love You, Mas Petani✔️[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang