Rumah baru di perbatasan Baekseonchon itu menjulang megah, dibangun atas perintah seorang jenderal dari Hansong untuk putra-putrinya. Meski bisa dibilang berdarah biru, mereka yang beribukan selir terhalang dari memperoleh gelar kebangsawanan dan dipandang sebelah mata oleh keluarga besar. Si putra sulung gosipnya lebih pandai dibanding anak-anak istri pertama jenderal, tetapi lantaran kelewat baik, ia tidak mengantisipasi kelicikan saudara-saudaranya sehingga terusir ke pinggiran Provinsi Jeolla ini. Kediaman sekeren miliknya pun pasti tidak dapat menandingi tempat tinggal para bangsawan ibukota.
Namun, Ryu Sujeong, mudang magang Desa Baekseonchon, telah menyaksikan sesuatu mengenai rumah itu yang lebih buruk ketimbang sejarahnya.
"Apa tempatnya semenyeramkan itu, Kak?" Joochan—pemuda berambut jerami yang menenteng haegeum—bertanya cemas. "Mengapa kami yang cuma chaebi harus mempersiapkan diri segala untuk menghadapi kekuatan roh di sana?"
"Jangan takut," senyum Sujeong. "Ini sekadar peringatan awal agar kalian terus menjaga fokus walaupun nanti 'dicolek' satu-dua arwah jahil."
"Bagaimana Kakak bisa mengatakan hal itu dengan santai, sih?" Jibeom yang memanggul gendang merapat pada Joochan, hanya untuk didorong jijik kemudian. Sujeong tertawa.
"Kalianlah yang berlebihan. Sudah sering ikut ritual, masa masih tidak paham kalau para roh 'mengganggu' karena butuh pemurnian? Urusan itu biar aku dan Nona Mijoo yang bereskan, tetapi untuk jaga-jaga, ada baiknya kalian tahu apa yang akan kami hadapi lebih dulu."
"Lagi pula, kalian laki-laki yang bugar dan bahagia. Roh-roh tidak berbadan itu mustahil mengalahkan kalian." Pemimpin rombongan, Lee Mijoo sang mudang senior, melirik tajam para musisinya. "Arwah penjaga dapurku saja tidak sanggup mencegah kalian mencuri daging sapi."
Para musisi remaja di belakang menelan ludah gugup.
Dia masih kesal gara-gara kehabisan daging kemarin, ya?, ringis Sujeong.
"Nona Mijoo, menyimpan dendam bisa mengganggu kesetimbangan energi. Nona akan melakukan ritual sebentar lagi, lho—AAAH! Aduh, aduh!"
Mijoo memencet hidung Donghyun, si keriting peniup seruling yang baru saja bicara, menggunakan ujung kipas.
"Menurutmu, siapa yang harus bertanggung jawab atas 'ketidakseimbangan energi itu', hah? Dasar anak-anak rakus! Kalian kira daging sapi itu gampang didapat?! Aku tidak akan kuat beli sendiri, makanya kusayang-sayang karena itu pemberian bangsawan yang kemarin kuramal! Kalian malah menghabiskan masakanku sampai kuah-kuahnya!"
Orang-orang yang berjalan dekat mereka menoleh penasaran akibat omelan lantang Mijoo, membuat Sujeong malu berat. Ia menarik perlahan lengan baju Mijoo.
"Nanti akan saya sisihkan tabungan untuk beli daging seperti itu lagi. Mari kita lanjutkan perjalanan ...."
Mijoo mendengus sebelum mempercepat langkah, memaksa muridnya dan para chaebi bergegas. Tak seberapa lama, jalannya melambat dan ia berpaling pada Sujeong.
"Daripada aku, kau lebih mungkin mengalami ketidakseimbangan energi. Jangan terus menyalahkan dirimu. Aku tidak membiarkanmu memimpin ritual ini bukan karena kurangnya kemampuanmu, tetapi karena tingkat kesulitannya yang tinggi. Melalui beberapa kali kunjungan ke rumah Tabib Jung, kau pasti paham betapa kotornya tempat itu." Pilihan kata Mijoo memancing bisik-bisik khawatir para musisinya kembali. "Hampir menyempurnakan latihanmu sebagai mudang tidak berarti kau harus memimpin semua ritual, apalagi kau masih berada di bawah pengawasanku."
Menanggapi itu, Sujeong cuma mengangguk lemah. Benar kata Mijoo; beberapa hari terakhir, ia terus mencari dan berusaha memperbaiki apa yang mungkin melemahkannya sebagai mudang. Tidak biasanya ia sakit parah gara-gara padatnya roh jahat yang mendiami sebuah rumah, maka ia mengerapkan meditasi dan berdoa kepada dewa untuk meningkatkan energi rohaniahnya. Ini bekerja selama kunjungan-kunjungan berikutnya, tetapi tidak lantas menghapus rasa bersalahnya yang merasa kurang berlatih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride's Eating Persimmon ✅
FanfictionRyu Sujeong, seorang mudang (syaman wanita) murid Lee Mijoo, suatu hari ditugaskan untuk melakukan ritual pemberkatan rumah baru Keluarga Jung di Desa Baekseonchon. Beberapa kali mengunjungi rumah tersebut, Sujeong dan Mijoo merasakan kegelapan yang...