Sesuai 'penerawangan' Mijoo, si tamu adalah seorang perempuan bangsawan. Mijoo sempat kesal karena sudah dapat tamu saat matahari baru terbit seperempat, tetapi wanita itu mengatakan suaminya akan tiba dari kantor provinsi pagi ini dan bakal marah kalau ada dukun di rumahnya.
Si wanita memperkenalkan diri sebagai Nyonya Kwon, istri pejabat dari provinsi yang ditempatkan di Baekseonchon sebulan lalu. Ia menduga putri bungsunya mengalami shinbyeong. Putri remajanya itu mendadak menjadi mudah gelisah sejak seminggu lalu setelah makan jamur, kemudian melantur, mengatakan dirinya terhubung dengan dewa-dewi dan bisa melihat banyak makhluk seram di kamar. Ia juga mengeluhkan nyeri yang berpindah-pindah, sering buang air kecil, dan kadang muntah-muntah.
Tanpa menunggu tamunya selesai, Mijoo keburu menukas bahwa itu keracunan jamur, tetapi Nyonya Kwon menyanggah. Tabib-tabib wanita berpengalaman yang didatangkan suaminya dari provinsi semuanya mengatakan sama seperti Mijoo, tetapi resep-resep mereka tidak mengurangi penderitaan putrinya bahkan setelah detoks dilakukan. Menurutnya, gejala sang putri malah memberat.
Disuruh memasak, nyatanya Sujeong hanya merebus ubi dan meninggalkan dandang demi menyimak cerita Nyonya Kwon dari balik sekat ruang depan.
"Saya akan memeriksanya setelah sarapan," kata Mijoo.
"Tolong cepatlah," desak Nyonya Kwon. "Suami saya—"
"Ya, saya mengerti, masalahnya ritual yang akan menolong putri Anda tidak akan bisa dilaksanakan hari ini juga. Kami butuh persiapan. Ritual itu sendiri butuh tiga hari penuh untuk dituntaskan. Tak perlu terburu-buru."
Nyonya Kwon gelisah, tetapi tidak mampu melawan. Justru Sujeong-lah yang muncul dari balik tabir dan memprotes Mijoo, padahal Mijoo sendiri mau mengeluhkan soal sarapannya yang cuma ubi rebus dan sebutir kesemek.
"Nona Mijoo, kita harus segera menolong putri Nyonya Kwon!"
Padahal aku tidak ingin dia tahu ini untuk menjaganya dari kenangan pahit! Mijoo mengertakkan gigi.
"Masuk, Sujeong. Kau bilang tadi akan memasak dan membersihkan rumah untukku, kan?"
"Kalau perkara yang lain, silakan Nona Mijoo pergi sendiri, tetapi nona itu mengalami shinbyeong seperti saya dulu. Makanya, saya ingin ikut!"
Mijoo berdecak. Susah mengatur Sujeong kalau sedang punya mau seperti ini.
"Kau akan melihat sesuatu yang sangat mengganggu di sana," kata Mijoo ketika menyambar ubi rebus yang mulai menghangat di piring muridnya. "Kalau kau sampai tumbang atau tekanan arwahmu terganggu, aku akan menghukummu."
Sujeong menelan ludah, tetapi beberapa saat kemudian, alisnya bertaut.
"Saya berjanji akan baik-baik saja, jadi tolong izinkan saya pergi."
***
Rumah Tuan Kim lebih megah ketimbang kediaman Jung, menggambarkan status sosial suami Nyonya Kwon itu sebagai seorang pejabat kiriman pusat. Pagi-pagi begini, belasan pelayan sudah mondar-mandir menyiapkan keperluan para majikan—walaupun saat ini tinggal Nyonya Kwon dan putrinya yang ada di rumah. Kepala keluarga masih dalam perjalanan pulang, sedangkan si putra sulung dikirim belajar ke ibukota. Sayangnya, bukan cuma pelayan yang mondar-mandir di rumah itu.
"Perasaan tidak aman."
"Ya, Nona Mijoo?" Nyonya Kwon mengira sang mudang senior bicara padanya, tetapi Mijoo bilang sedang bicara dengan Sujeong. Setelah Nyonya Kwon kembali menghadap depan, dua perempuan berpakaian pudar itu kembali mengibas arwah kegelapan yang mengganggu mereka.
"Mirip dengan di rumah Tabib Jung, tetapi yang ini jelas bersumber dari perasaan tidak aman." Sujeong bergumam. "Nona itu bisa jadi terusik oleh arwah-arwah gelisah ini, bukan shinbyeong sungguhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride's Eating Persimmon ✅
FanficRyu Sujeong, seorang mudang (syaman wanita) murid Lee Mijoo, suatu hari ditugaskan untuk melakukan ritual pemberkatan rumah baru Keluarga Jung di Desa Baekseonchon. Beberapa kali mengunjungi rumah tersebut, Sujeong dan Mijoo merasakan kegelapan yang...