Seorang pria akan memasuki kamarku!
"Tunggu, Nona—uhuk, uhuk!" Sujeong kembali ambruk ke pembaringan, kali ini dalam posisi miring. Mijoo segera menghampirinya usai mengirim tatapan membunuh pada musisi-musisi muda yang masih saja bergerombol di depan pintu. Jaehyun-lah yang pertama kali bangkit, disusul Donghyun dan Jibeom; Joochan dicegat sebelum sempat berdiri.
"Ambilkan air dan sujeonggwa," perintah Mijoo pada Joochan sambil menyamankan Sujeong. Si sakit terengah, raganya remuk redam gara-gara digerakkan mendadak. Tanggap, Mijoo memijat beberapa titik sendi, mengulur waktu hingga sang penyembuh tiba. Joochan datang tak lama berselang, membawa nampan dengan secawan air dan teh di atasnya.
"Teguklah pelan-pelan." Mijoo memiringkan cawan air ke bibir Sujeong—yang saking hausnya tidak mampu mengendalikan diri. Biarpun nyaris tersedak beberapa kali, seluruh isi cawan dapat Sujeong habiskan, begitu pula sujeonggwa di cawan kedua. Kepalanya kemudian terkulai tanpa daya ke bahu Mijoo. Ia bersyukur sang guru bersedia disandari tanpa protes, bahkan membelai punggungnya lembut.
"Nona Mijoo, sebenarnya," batuk, "saya sudah pingsan berapa lama?"
"Jangan kaget, tetapi kau tidak sadar selama tiga hari penuh."
"Tiga hari?" Terlalu lemah untuk bereaksi, Sujeong akhirnya cuma mengembuskan napas panjang. "Bagaimana ritualnya? Nona mengambil alih semuanya?"
"Begitulah. Jowangshin tidak lagi berusaha membersihkan sumber kegelapan di Kediaman Jung. Ia hanya menitipkan kekuatan ke seluruh penjuru rumah. Dia juga memerintahkanku melalui mimpi untuk menyematkan jimat kepada semua penghuni, kecuali Jung Yoonoh." Mijoo menghentikan usapannya pada punggung Sujeong, tatapannya nanar. "Ada yang salah dengan laki-laki itu."
"Sesuatu yang salah?"
"Aku benci lelaki itu," tukas Mijoo tegas, membekukan Sujeong. "Ia menguarkan aura yang tidak menyenangkan. Apa pun yang terjadi, jangan terlibat dengannya lebih jauh dari ini."
Mengerutlah Sujeong dalam dekapan Mijoo. Yoonoh kelihatan seperti orang baik, tetapi apakah bisa seseorang yang benar-benar bersih hatinya dilekati kegelapan sepekat itu? Ditambah lagi, ia seorang tabib; pekerjaannya menuntut kemurnian pikir dan kalbu lebih dari yang lain-lain.
Masa sih Tabib Jung memiliki sifat jahat yang tersembunyi?
"Ryu Sujeong, kau dengar aku?"
"Y-Ya, Nona Mijoo! Saya tak akan mendekatinya lagi." Gadis berambut ikal tergerai itu teringat sesuatu, lalu mengerutkan kening. "Tunggu. Kalau memang Nona tidak menyukainya, mengapa masih memanggilnya kemari?"
"Karena kau, Bodoh!" Mijoo membaringkan Sujeong kembali dengan agak kasar. "Kau kehabisan tenaga gara-gara ritual kemarin dan jadi sakit, sedangkan di seantero Baekseonchon, cuma dia yang bisa kuandalkan untuk menyembuhkanmu."
"Begitu, ya." Wajah Sujeong merona, senang sekaligus terharu. "Nona Mijoo ternyata memperhatikan kesehatan saya ...."
"Tentu saja." Mijoo bersila di sebelah tempat tidur. "Kalau tidak ada kau, siapa yang memasak, membersihkan rumah, dan membantu persiapan ritual? Mengerjakan semuanya sendirian bikin pegal badanku, tahu! Kalau kau sudah sembuh, pijat aku sebagai gantinya!"
Sia-sia aku terharu. Bagaimanapun, ini kan Nona Mijoo, batin Sujeong sambil tertawa miris.
"Walaupun kubilang Jung Yoonoh diselimuti kegelapan, terpaksa kuakui dia jago mengobati orang. Banyak warga telah percaya pada kemampuannya biarpun masih muda dan kurang pengalaman." Mijoo berdecak kesal. "Dia yang membuatmu begini, jadi dia jugalah yang menawarkan untuk menyembuhkanmu. Melihat kondisimu sekarang, aku mengizinkannya. Itulah mengapa aku memasang perisai arwah di rumah hari ini: agar arwah yang mengekorinya tidak mengganas di dekatmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride's Eating Persimmon ✅
FanfictionRyu Sujeong, seorang mudang (syaman wanita) murid Lee Mijoo, suatu hari ditugaskan untuk melakukan ritual pemberkatan rumah baru Keluarga Jung di Desa Baekseonchon. Beberapa kali mengunjungi rumah tersebut, Sujeong dan Mijoo merasakan kegelapan yang...