44

18 1 0
                                    

"Sama-sama memuakkan, kalian itu! KEKUATAN KALIAN TELAH MELEMAHKANKU!"

Sujeong tersengal-sengal. Kanan, kiri, depan, belakang ... seluruh penjuru penglihatannya tertutup kegelapan. Meski begitu, ia mencoba tetap mengendalikan kekuatan, seperti dulu saat hendak menyerang Yeomra Kesepuluh.

Wahai para dewa, tolong lindungi hamba-Mu yang lemah ini ....

Benar saja. Tak lama berselang, api suci yang besar melingkar di sekitar Sujeong, membentuk perisai yang menelan Miryeon. Sang dewi kegelapan menjerit frustrasi, begitu lantang hingga masih bergema setelah wujud buruknya menghilang.

"KURANG AJAR, YEOMRA!!!"

Begitu api suci padam, Sujeong kembali sendiri di taman persik. Napasnya berangsur teratur lagi. Baru setelah menguasai diri, ia menyadari ada sebuah persik dekat kakinya, berwarna merah jambu ranum dan berkulit licin. Baunya harum sekali. Andai tidak sadar bahwa dirinya hanya tamu dan persik itu mungkin buah berharga milik Seowangmo, Sujeong pasti sudah menggigit si persik.

"Nona Sujeong, kebetulan," panggil Mijoo yang tengah berjalan menuju Sujeong dengan nampan kosong. Setelah menghadapi Miryeon yang ganas, sang pengantin sangat lega dayangnya datang. "Buah persik itu adalah salah satu sajian untuk upacara nanti. Jika Anda lapar, mohon tahanlah sedikit lagi, lalu Anda bisa makan sepuasnya setelah serangkaian prosesi selesai."

Mijoo mengangkat nampan di depan dada, mengisyaratkan Sujeong untuk meletakkan buah persik di atasnya. Sementara itu, pipi Sujeong menghangat, malu karena ketahuan ingin makan. Diletakkannya persik di atas nampan sambil meringis.

"Terima kasih atas peringatannya, Nona Mijoo. Sesungguhnya, saya tidak lapar sejak datang ke sini," lantas Sujeong tersadar sesuatu, "padahal entah berapa lama saya tidak makan."

"Tentu saja. Dowonkyeong merupakan pusaran besar energi dewata; tidak akan ada yang kelaparan jika penghuninya selalu teraliri energi ini." Mijoo mengajak Sujeong meninggalkan taman. "Pembicaraan dengan Yang Mulia Miryeon sudah selesai; saya yakin semua pertanyaan Anda tentang Yang Mulia Yeomra telah terjawab. Omong-omong, Anda bisa lihat tadi, Yang Mulia Yeomra menyalurkan kekuatannya dari tusuk sanggul Anda untuk membangkitkan perisai api suci."

"Nona Mijoo melihatnya?!" Kaget lapis pertama. "Jadi, api tadi berasal dari Yang Mulia Yeomra?!" Lapis kedua—dan inilah yang membuat Sujeong gatal merabai rambut. Ada beberapa hiasan yang sekilas tampak mirip di gelungannya. Apakah tusuk sanggul bunga kesemek juga terpasang di sana?

"Tolong jangan merusak tatanan rambut Anda," tegur Mijoo dan Sujeong langsung menurunkan tangan. "Jika ingin memeriksa penampilan Anda, bercerminlah ke salah satu permukaan kolam yang nanti kita lewati."

Selasar yang dilewati Sujeong memang cukup panjang. Seberapa luas istana ini sebenarnya, ia sendiri tak tahu, jadi Sujeong berhenti sejenak sesuai saran dayangnya begitu melewati salah satu kolam. Dimiringkannya kepala ke kanan dan kiri untuk mencari bentuk yang familier di rambutnya.

Betapa beruntung, 'setangkai' bunga kesemek menyembul di sisi kanan.

Syukurlah benda ini dikembalikan ....

Melihat si calon pengantin tersenyum sampai taring gingsul manisnya mengintip, raut Mijoo ikut menjadi cerah. "Sudah lega sekarang?"

"Ya," angguk Sujeong berulang kali. "Saya sangat siap untuk upacaranya!"

***

Ruang semarak serbamerah. Orang-orang berpakaian merah dan emas. Dua dayang yang mengawal di kanan-kiri; salah satunya Mijoo. Kelingking yang diikat benang merah. Seluruh gambaran ini persis betul dengan apa yang pernah menyambangi mimpi Sujeong suatu hari, tetapi tanpa bencana di luar jendela. Alih-alih, jendela hanya menyuguhkan pemandangan taman dan langit biru cerah.

The Bride's Eating Persimmon ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang