"Kakek Wolha, yang benar saja! Putraku yang hebat dengan gadis kumal ini? Bercandanya keterlaluan, tahu! Tidak lucu!"
Perempuan iblis tertawa begitu lama hingga Sujeong kehilangan ketakutannya dan menebak-nebak apa maksud kalimat tadi. Wolha adalah dewa pemilin takdir, maka 'putraku dan gadis kumal ini'—Yoonoh dan Sujeong—memiliki garis takdir yang bersimpangan. Ini tidak bisa diterima oleh si perempuan iblis ...
... tetapi tunggu.
Putra?! Kalau begitu, makhluk ini—
"'Makhluk' kau bilang?!" Tawa sang kegelapan kontan berubah menjadi amarah. "Jangan samakan aku dengan hewan-hewan yang gentayangan di jalan!"
Tubuh Sujeong terdorong ke ruang pengobatan sebelum menumbuk keras rak obat. Ia baru menyadari apa yang terjadi beberapa saat kemudian. Dirinya terjebak dalam kondisi yang sama dengan Yoonoh, terkungkung di antara jemari panjang si iblis wanita.
"Aku adalah seorang ratu, camkan itu! Semua sihir di duniamu, akulah pengendalinya! Jangan bicara sembarangan!"
Satu nama yang Jowangshin sebut tempo hari muncul di kepala Sujeong, tetapi tak sempat ia mengucapkan karena entah bagaimana, tenaganya tersedot keluar. Telapak tangan sang iblis terselubungi lebih banyak kabut, baik yang mencengkeram Sujeong maupun Yoonoh, tetapi dampak yang ditimbulkan keduanya berbeda. Ketika kesadaran si dara berkepang menipis, sang tabib berangsur membuka mata. Selaput pelangi Yoonoh berkilatan semerah delima.
Sujeong terbelalak. Seseorang yang kerasukan akan kehilangan sebagian dirinya, tetapi jika sudah parah, orang tersebut bisa saja terusir selamanya dari badannya sendiri. Jiwa Yoonoh harus segera dikembalikan—atau dia akan mati.
"Jangan renggut jiwa Tabib Jung!"
"Mengapa kau peduli? Jung Yoonoh anakku, ciptaan nirwana paling kejam, sama sepertiku!" Si iblis wanita terbahak-bahak. "Kegelapan yang tertanam dalam jiwanya telah matang berkat manusia-manusia bodoh yang membiarkannya berduka sendirian. Aku akan membahagiakannya di neraka!"
Namun, Jung Yoonoh yang Sujeong kenal merupakan seorang pengasih. Pria itu membawa kedamaian bahkan hanya dengan hadir di sebelah si sakit. Bagaimana orang semulia itu memekarkan kegelapan besar yang membuatnya pantas menghuni neraka?
"Saya tidak dapat menghapus kegelapan yang menarik banyak roh berbahaya ke jiwa saya, lebih-lebih mengetahui sumbernya. Mungkin saya bahkan menyakiti Anda lagi dengan kegelapan ini tanpa saya sadari ... maka setidaknya, saya harus meredakan rasa sakit yang dapat saya redakan."
Menggema di telinga Sujeong, permintaan maaf Yoonoh yang buta sama sekali akan parasit gaib pelahap kalbunya.
Aku harus melenyapkan makhluk terkutuk ini!
Susah payah Sujeong meraih lonceng kecil pada norigae-nya. Benda mungil itu berkali-kali terselip dari jemari lemahnya, tetapi ketika berhasil ia jepit dan bunyikan, lonceng tadi membuka jalan menuju kekuatan nirwana. Bibir Sujeong merapal doa-doa yang begitu saja mengemuka dari bawah sadar, fokus menghubungkan kekuatan para dewa ke dalam dirinya.
Andai aku terlarang menemui Tabib Jung setelah ini, setidaknya aku harus melindunginya sekarang!
"Aku benci manusia sombong!"
Si iblis mengeratkan genggaman ke sekeliling Sujeong, tetapi segera setelah itu, ujung-ujung jarinya melebur, termakan sinar terang dari sang mudang. Menjeritlah sang iblis karena nyeri hebat, dalam prosesnya melepaskan Yoonoh dan Sujeong hingga keduanya terempas ke tanah. Ketika berdiri kembali, Sujeong mendapati lawannya telah kehilangan separuh lengan bawah—yang tumbuh lagi dengan mudah. Segera Sujeong menyambung rantai doanya sambil membunyikan lonceng dan berjalan mendekati Yoonoh yang tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride's Eating Persimmon ✅
FanficRyu Sujeong, seorang mudang (syaman wanita) murid Lee Mijoo, suatu hari ditugaskan untuk melakukan ritual pemberkatan rumah baru Keluarga Jung di Desa Baekseonchon. Beberapa kali mengunjungi rumah tersebut, Sujeong dan Mijoo merasakan kegelapan yang...