Seekor ular—dan orang terkasih Sujeong—menjulang di luar lingkaran api suci.
Entah memang demikian wujud aslinya atau tidak, sebagian besar tubuh iblis ini mirip ular hitam raksasa. Ganjilnya, badan panjang sang iblis berpangkal pada paruh atas tubuh manusia yang sebagian besar tertutup sisik. Wajah di tubuh manusia itu persis wajah calon suami Sujeong, seorang pria yang mestinya telah berpulang empat tahun silam.
Pasti makhluk ini dapat menguasai pikiran orang yang melihat. Tuan Yoonoh sudah meninggal, jadi ini pasti cuma tipuan!
Sujeong melecut kesadaran serta keberaniannya berulang-ulang, tetapi raganya enggan berkompromi. Betapapun dia menolak apa yang terlihat, hatinya berkhianat. Air mata Sujeong menitik, tak sanggup berpaling dari sosok musuh.
"Kau masih mengingat orang ini, Ryu Sujeong? Kupikir empat tahun cukup lama untukmu menyerah," ujar sang siluman mencemooh, memicu amarah Sujeong.
'Orang ini', katanya? Menyerah, katanya?
Ketika si iblis hendak menyentuh Sujeong, api suci yang nyaris berubah menjadi bara mendadak berkobar. Makhluk itu kontan menarik diri dan memekik nyeri. Tangannya yang meleleh segera disembuhkan oleh kegelapan, lalu ia terkekeh sombong.
"Siapa kau?" tanya Sujeong dengan dahi berkerut. "Mengapa kau mengganggu penduduk Baekseonchon?"
"Miryeon dan Seowangmo benar tentangmu," tukas sang iblis tanpa menjawab Sujeong. "Kuat, pemberani, sedikit kurang ajar, tapi berhati bersih sehingga sulit diusik."
Lidah iblis itu bercabang, persis seekor ular. Sangat menjengkelkan bagaimana ia menggabungkan rupa Yoonoh dengan bentuknya yang menjijikkan, apalagi dengan sok tahu mencampuri urusan perasaan Sujeong. Rahang Sujeong mengatup erat, begitu pula kepalannya di sisi paha. Api sucinya membesar, menjilat-jilat ke depan.
Si iblis kini melawan. Ia memanfaatkan sejumlah kegelapan untuk melahap lidah api suci.
"Bagian 'sulit diusik' itu sepertinya harus diralat. Aku, Yeomra Kesepuluh, mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati semua manusia, termasuk yang melemahkan mereka!"
Sujeong terbelalak. Apa sang siluman baru saja memperkenalkan diri sebagai Dewa Yeomra, hakim yang mengadili manusia sesudah mati?
"Pembohong!" seru Sujeong. Kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun akibat dusta yang kian memuakkan. "Kekuatan Yang Mulia Yeomra tidak ada yang seternoda milikmu!"
"Kau percaya atau tidak, bukan urusanku!"
Kabut hitam yang mengelilingi 'Yeomra' berkumpul ke depan menjadi segumpal besar energi, melempar Mijoo dan Sujeong ke dinding bata sekitar pelataran. Sujeong memekik singkat sebelum raganya melungsur ke tanah. Dalam keadaan terpejam, ia mendengar gelegar tawa si iblis. Membayangkan 'Yeomra' menggunakan paras lembut Yoonoh saat tergelak membuat Sujeong mual.
'Yeomra' mencengkeram kedua sisi wajah Sujeong. Mijoo yang melihatnya berusaha menyalakan api suci untuk melukai 'Yeomra', sayang kekuatannya sudah mencapai batas. Terganggu oleh api kecil Mijoo, sang siluman bersisik mengarahkan sejumlah arwah gelap kepadanya. Terperangkaplah Mijoo dalam kekuatan hitam yang perlahan menyisipi kulit.
"Nona Mijoo!" Air mata Sujeong tumpah menyaksikan Mijoo termegap, tersakiti kekuatan jahat. Sialnya, meskipun sudah mengerahkan seluruh tenaga untuk membebaskan diri, Sujeong tetap terbelenggu di antara jemari iblis ular.
"Jangan berpaling dariku, Mudang Kecil," geram 'Yeomra' jengkel, kontras dengan kilatan mata emas dan seringai mengerikannya. "Sekotor dan semerusak apapun energiku, aku masih salah satu pengadil tertinggi dunia bawah."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride's Eating Persimmon ✅
FanfictionRyu Sujeong, seorang mudang (syaman wanita) murid Lee Mijoo, suatu hari ditugaskan untuk melakukan ritual pemberkatan rumah baru Keluarga Jung di Desa Baekseonchon. Beberapa kali mengunjungi rumah tersebut, Sujeong dan Mijoo merasakan kegelapan yang...