15

4.4K 193 23
                                    

[Vote sebelum baca!]

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

SELAMAT MENIKMATI

^^

"Sayang, kita pulang, ya?"

Riana menatap orang tuanya sendu. "Gak bisa nanti aja, Ma, Pa?"

"Gak bisa, Sayang. Besok Papa ada rapat penting, dan Mama juga lagi buka usaha baru," jawab Elis.

"Kalau kamu kangen, kamu bisa dateng aja ke rumah sama Faiz, Nak," ujar Arka.

"Yaudah sekarang aja, ayo!" Riana menatap antusias kepada Faiz yang berdiri di sebelahnya.

"Maaf, hari ini belum bisa. Nanti siang ada jam kuliah," jawab Faiz.

Riana berdecak. "Libur dulu gabisa gitu!?"

Faiz menggeleng.

Elis memeluk Riana. "Nanti kapan-kapan ke rumah, ya? Rumah kita selalu terbuka lebar buat kamu. Kalau mama ada waktu nanti mama sama papa yang ke sini."

Riana mengangguk. "Jangan cari anak baru lagi."

Elis terkekeh lalu melepaskan pelukannya. "Gak mungkin dong mama cari anak lagi kalau kamu aja udah cukup bikin pusing."

Riana cemberut. Dirinya memang sadar kalau ia selalu membuat orang tuanya pusing akan tingkahnya. Ya, tapi jangan mengungkapkannya di depan banyak orang juga, dong. Kan jadi malu di tertawakan oleh keluarga ndalem, kecuali Faiz yang hanya tersenyum kecil. Sepertinya humor laki-laki itu memang berdolar.

"Kita pamit, ya?" Arka dan Elis menyalami Kiai Furqan dan Umi Anisa serta Alifa.

Arka menepuk bahu Faiz. "Jaga putri kesayangan saya baik-baik. Tuntun dia menuju surganya Allah."

Faiz tersenyum. "In syaa Allah saya akan menjaga dan menuntun Riana semampu saya."

Arka mendekati Faiz. "Jangan lupa juga segera memberikan saya cucu yang lucu-lucu," bisik Arka di samping telinga menantunya yang diam membeku. Arka menjauhkan tubuhnya dari Faiz dan beralih memeluk putrinya.

Riana memeluk Elis dan Arka bergantian. "Hati-hati, Ma, Pa." Keduanya memasuki mobil lalu meninggalkan area pesantren sembari Elis yang melambaikan tangan dan Arka yang menghidupkan klakson tanda berpamitan.

Semua orang yang awalnya mengantarkan orang tua Riana ke parkiran, kini kembali ke ndalem, kecuali Alifa yang berjalan ke arah asrama putri.

"Kapan ke Jakarta?" tanya Riana kepada Faiz setelah keduanya memasuki kamar.

"Nanti. Sabar aja dulu." Faiz tahu kalau Jakarta yang dimaksud Riana adalah rumah orang tuanya.

Riana mengekori Faiz yang berjalan ke arah sofa. "Kapan?"

Faiz mendudukan dirinya di sofa lalu menghidupkan laptopnya yang sekarang berada di pangkuannya. "Nanti kalau kuliah saya libur cukup panjang."

"Masih lama, dong!"

"Sebentar kalau kamunya sabar. Lagian juga kamu harus sekolah, kan?"

Hallo Gus!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang