[Vote sebelum baca!]
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
SELAMAT MENIKMATI
^^
Faiz menyenderkan tubuhnya di punggung sofa, mengabaikan Riana yang terus merengek meminta jawaban dari ucapan Faiz sewaktu di restoran.
Riana menggoyangkan lengan Faiz dengan bibir yang dimajukan. "Faiz, ih!" Riana sama sekali tidak mendapatkan respon dari lelaki itu.
Faiz mengambil handphonenya, mengabaikan Riana yang kesekian kalinya.
"Faiz, ngecuekin istri tanpa alasan itu dosa, loh." Riana kembali menggoyangkan lengan Faiz.
Faiz menoleh. "Kan, saya ada alasannya."
"Tapi kan alasannya enggak jelas, masa ditanya gitu doang gamau jawab."
Bukannya mendapatkan jawaban, justru Faiz malah kembali memainkan handphonenya tanpa sepatah kata pun.
"Faiz..."
Faiz menghela napas, mematikan handphonenya kemudian menghadap ke arah Riana. "Kamu mau tau?"
Riana mengangguk antusias.
"Saya pernah dijodohin sama kamu sebelum kamu kenal saya."
Riana mengerutkan keningnya. "Maksudnya?" Ia kebingungan dengan perkataan Faiz.
"Kamu inget kalau kamu pernah dikasih dua pilihan sama papa?"
Riana terdiam.
"Dijodohin atau masuk pesantren"
Riana menatap Faiz tidak percaya. Dia meminta penjelasan kepada Faiz melalui tatapannya.
Faiz mengangguk. "Sebenarnya, dulu abi bilang kalau saya akan dijodohkan dengan anak temannya dan meminta saya membimbingnya. Tetapi itu semua tergantung keputusan putrinya, kalau putrinya menolak, maka akan dipesantrenkan di sini," Ia menatap Riana yang masih tidak percaya, "Waktu itu abi langsung nunjukin foto kamu ke saya, ternyata saya pernah ketemu kamu sebelumnya."
"Kapan?" tanya Riana cepat.
Faiz tersenyum. "Dulu, ketika saya sedang di Jakarta, saya melihat kamu sedang bermain dengan seekor kucing di taman, saya ingat waktu itu kamu masih pakai seragam sekolah, kamu lari-larian sambil ketawa lepas padahal cuman sama kucing. Waktu itu saya ikut ketawa ngeliat kamu, saya yang ngerasa lagi capek karena masalah pekerjaan dan tugas kuliah rasanya langsung hilang gitu aja. Tanpa sadar, saya merhatiin kamu dari awal sampai kamu pulang. Semenjak itu, saya selalu inget senyuman dan suara ketawa kamu pas saya lagi capek."
Mata Riana berkaca-kaca, perasaan hangat langsung menyelimutinya.
"Itu pertama kali saya ketemu sama kamu, yang ke dua kalinya pas saya nemuin kamu di club. Jujur waktu itu saya kaget, kecewa, dan marah banget. Saya gak nyangka kalau kamu bakal ada di lingkungan seperti itu, tentu saja saya merasa kecewa, penampilan kamu waktu itu berbeda jauh dengan penampilan kamu sewaktu di taman. Sewaktu di taman, kamu terlihat seperti gadis polos yang lucu, sangat berbanding terbalik dengan di club. Dan saya marah besar karena kamu hampir dilecehkan di sana, ada perasaan marah yang nggak bisa saya tahan waktu itu, saya enggak tahu kenapa. Tapi ternyata setelah mengucapkan kalimat sakral pernikahan, saya baru sadar kalau saya sudah sangat jatuh cinta sama kamu."
Riana langsung memeluk Faiz dengan air mata yang tidak bisa dibendung. Dia tidak pernah mendengar kalimat baku yang begitu menyentuh seperti ini, dia tidak pernah mendapatkan pengakuan cinta yang sedalam ini, dia tidak pernah menerima cinta yang setulus ini selain dari orang tuanya. "Makasih Faiz, makasih buat semuanya." Riana mengucapkannya di sela-sela tangisannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Gus!!
Teen FictionIni cerita tentang Riana yang diberikan dua pilihan oleh papanya karena sudah pusing menghadapi kelakuan anaknya yang setiap hari semakin menjadi-jadi. Pilihan tersebut yaitu, antara masuk pesantren atau dijodohkan. Dengan berat hati Riana memilih...