[Vote sebelum baca!]
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
SELAMAT MENIKMATI
^^
Riana cekikikan ketika sampai di kamarnya. Dia merasa seperti orang profesional dalam pembohongan. Suatu bakat yang tidak boleh dicontoh.
Riana menaruh mukenanya di tempat biasa. Kakinya melangkah ke sofa kemudian duduk di sana dengan pikiran yang berpikir ke sana-kemari.
"Ini gue mending di sini aja atau ke luar ya biar enggak ketauan bolos?" monolognya berpikir keras.
"Mendingan ke luar aja deh, nyari tempat yang aman. Bahaya kan, kalau umi sama abi pulang cepet terus ngeliat gue enggak ngafal padahal enggak haid. Lagian juga para santri pada ngafal di masjid sama musholla, jadi pasti di luar sepi." Riana berjalan mengambil handphonenya dan satu buku novel yang akan menemani kegiatan bolosnya.
Setelah memastikan tidak ada yang melihatnya, dia berjalan cepat mencari tempat yang aman baginya.
Riana celingukan, memastikan tidak ada orang di sini satu orang pun. Cewek itu memilih tempat di perkebunan pesantren yang sangat sepi, menurutnya tempat ini adalah tempat yang begitu aman untuk membolos karena sudah dipastikan tidak ada petugas keamanan yang akan memeriksa ke area ini.
Riana mendudukkan dirinya di gajebo yang berada di sana. Tangannya memasang earphone dengan volume sedang, kemudian membuka halaman novel yang akan ia baca lanjutannya.
Suasana perkebunan sangat terasa tenang tanpa orang satu pun di sana, kecuali Riana dengan niatan buruknya itu. Angin sepoi-sepoi menerpa wajah Riana yang sedang tertawa kecil karena adegan komedi yang tertulis di novel. Terkadang angin tiba-tiba menghilang digantikan panas ketika wajah Riana berubah kesal karena si pengganggu yang menjadi tokoh antagonis. Atau tergantikan raut sedih ketika si tokoh yang selalu tersakiti dari awal sampai akhir cerita. Semua suasana hati tergantung suasana yang berada di dalam buku novel, seakan-akan si pembaca memang terjatuh ke dalamnya.
Tiba-tiba satu kabel earphone ditarik paksa oleh seseorang yang membuat Riana terlonjak kaget dan marah secara bersamaan. "SIAPA SIH MAIN TARIK-TARIK AJ—" Riana terdiam, tenggorokannya mendadak tidak bisa menelan saliva, tubuhnya terasa begitu kaku.
Tangannya yang kaku itu melambai bermaksud menyapa. "H-hallo, Gus!!" Bibirnya tersenyum bodoh dengan jantung yang berdetak dua kali lipat lebih cepat dari biasanya ketika melihat mimik wajah lelaki yang berada di depannya terlihat begitu marah.
"Ngapain di sini?" Pertanyaan dengan nada dingin dan tatapan tajam itu dilontarkan untuk perempuan yang sedang meringis karena ketahuan bolos.
Riana hanya diam. Mendadak mulutnya seperti terkunci begitu saja.
"Semua orang menghafal dan kamu malah duduk di sini sambil baca novel? Udah saya bilang, kan, buat ngafal bareng santriwati lain sama ustadzah?"
Riana cemberut. "Ya, abisnya gue gak mau kalau gurunya itu Ustadzah Asma. Dia ngajarnya galak banget, mana kayak punya dendam pribadi sama gue. Jadi, gue bolos, deh," jelasnya.
Faiz menarik tangan Riana tanpa memedulikan alasan gadis itu. "Ayo."
"Eh, eh. Mau ke mana? Bentar!" Riana melepaskan tangan Faiz di tangannya kemudian mengambil handphone dan buku novelnya serta tidak lupa untuk melepaskan earphonenya.
Riana melangkahkan kakinya mengikuti ke mana Faiz ingin membawanya. "Mau ke mana, Gus? Ke musholla, terus gue ngafal di sana?"
Faiz menggeleng.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Gus!!
Teen FictionIni cerita tentang Riana yang diberikan dua pilihan oleh papanya karena sudah pusing menghadapi kelakuan anaknya yang setiap hari semakin menjadi-jadi. Pilihan tersebut yaitu, antara masuk pesantren atau dijodohkan. Dengan berat hati Riana memilih...