chapter 09: festival

1.7K 314 46
                                    

(name) ternganga, takjub. Binar diwajah serta rona tipis menghiasi raut (name) yang tampak seperti seorang bocah yang antusias akan sesuatu.

Dalam beberapa menit, mereka mampu ditumbangkan dengan liarnya oleh laki-laki bersurai gulali.

'Binatang buas...'satu kata itu langsung saja terlintas.

"Kau tidak apa-apa? Oh, ya...ta-tanganmu...!"segera lamunan dibuyarkan, pandangan beralih menatap pergelangan yang kini dihiasi oleh darah."ayo kerumah sakit! Aku akan bertanggungjawab karena kau telah melindungi yena, dan sebagai rasa terimakasih ku juga."

(Name) menggeleng,"tidak usah."menyerahkan yena yang segera diraih. Raut heran, khawatir, serta bersalah bercampur. Tapi juga lega melihat anaknya baik-baik saja.

"Tidak! Luka mu parah, harus segera diobati. Aku yang akan bayar!"paksa nya khawatir. Ia merasa terbebani jika (name) menolak.

"Ba..."sontak, keduanya menatap ke arah bayi bernama yena. Raut yena nampak tidak rela, mata bulatnya menyiratkan kesedihan serta memelas seolah tak memperbolehkan (name) melepasnya.

Tangan mungilnya menggenggam rompi erat, (name) mengerjap melihat nya.

'UAAAAAKHHH!! TATAPAN APAAN ITU?! AAAAH BISA-BISA KU CULIK BOCAH INI!!!'batin (name) memekik heboh, kepalanya berpaling seraya memejam erat—menahan gemas.

"Ye-yena...ayo pulang. Lepas, ya?"bujuk nya penuh harap, namun genggaman mungil itu tak kunjung terlepas meski dipaksa dengan lembut. Bahkan sekarang manik itu berkaca-kaca membuat laki-laki itu panik.

"Jangan merepotkan kakak itu, dia sudah membantu mu loh."

(Name) pun tidak rela sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi...tujuannya adalah mempertemukan yena dengan orang tuanya.

"Pulanglah dengan papa."ucap (name) tersenyum, tidak ada kelembutan saat menggenggam yena untuk melepas paksa tangan mungil itu. Tanpa mengatakan apapun lagi, (name) langsung pergi setelah mengambil blazer nya. Sebelum dirinya benar-benar akan berbalik ketika mendengar suara isak tangis mulai terdengar.

Laki-laki itu panik, berbagai cara dilakukannya untuk memenangkan sang anak. Sesaat ia hendak memanggil (name), ia harus balas budi tapi juga tak mau membuat repot akibat anaknya yang sudah terlanjur nyaman.

Maniknya melebar, terkejut melihat punggung (name) dibalut seragam yang ia kenal.

Blazer biru, rompi coklat, dan rok abu-abu. Tak salah lagi...

'Sma jaewon!'

***

Tanpa sadar, bulan telah berada di puncak. (Name) berjalan lesu menembus dinginnya malam, blazer dipakainya untuk menghentikan pendarahan.

Sepertinya kali ini ia akan menambah musuh.

'Lama-lama aku rumbling. Huh, dunia perbisnisan memang menyeramkan! Ini lagi malah nambah, tapi semoga saja mudah.'batin (name) misuh-misuh tidak jelas.

Sudah ponselnya mati, tangan robek parah, dingin karena gaada blazer, kaki pegel, luka nyut-nyutan. Lengkap sudah penderitaan nya.

Sudah seperti gembel versi elit.

ɪʀɪᴅᴇꜱᴄᴇɴᴛ [Lookism]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang