chapter 14: Paprika TV

1.3K 271 6
                                    

"Oh kin! Sudah beberapa hari berlalu aku merindukan mu!"seru (name) bernada, kin yang terkejut dilanjut dibuat heran. Sepertinya (name) dalam mood baik, sudah lama sekali ia tak melihat ekspresi itu.

Ekspresi dengan senyum tanpa makna senyum itu seolah kewajiban.

"Ada apa nona? Tumben sekali anda ke kediamana utama?"tanya kin, lebih memilih mengabaikan kegaduhan yang dibuat nonanya, jika itu gaeun ia pasti sudah menendangnya keluar.

"Kan sudah kubilang, aku kangen. Terus mau tanya, kenapa mengambil alih semua pekerjaan ku yang akhir-akhir ini sedang dikerjakan? Kan ada chinsun dan gaeun."

"Sebentar lagi anda ujian, anda fokus saja belajar."

"Ah! Aku benci ujian."

"Tapi anda menikmati nya,'kan?"untuk sejenak, (name) menatapi kin. Senyumnya luntur digantikan raut yang tak bisa kin jelaskan.

"Kau tersenyum."kin tersentak, ah tanpa sadar ia tersenyum. Sepertinya ketularan (name) tadi.

"Maaf."

(Name) tak menyahut, ia lebih memilih mengabaikan dan berjalan ke arah meja kerja milik kin. Sementara pemiliknya nampak anteng duduk disofa.

Bokongnya didudukan dikursi kantor, kemudian digerakan menuju kaca besar disamping yang menampakkan pemandangan lalu-lalang kendaraan.

Kin tak bisa melihat ekspresi (name), hanya punggung meski didepannya kaca namun, sosoknya hanya terlihat samar-samar.

"Sudah 3 tahun terlewati, ya." ucap (name) bergumam, maniknya menyorot kosong memperhatikan pemandangan dibawah yang memperlihatkan para manusia bagai semut.

"Kalau semisal aku berharap manusia itu tidak ada perasaan, seperti layaknya robot, apa aku jahat?"tanya (name) tak jelas.

"Anda berharap begitu?"kin agak dibuat terkejut, matanya mengerjap, mencerna pertanyaan (name) yang anehnya membuatnya sedih. Entah karena menganggap pertanyaan itu yang membuat (name) tak suka akan perasaannya dulu, atau entah karena perasaan (name) sendiri.

"Aku jahat, ya?"bukannya menjawab, (name) balik bertanya seolah menuntut jawaban. Kin tak tau pasti jawaban apa yang diinginkan, yang tentu ia akan menjawab jujur.

"Tidak, kau hanya lelah." Sahut kin, melepas bahasa formalnya. Ia merasa sekarang tak tepat bersikap layaknya bawahan."tidur lah, aku tau sejak kau lebih memilih tinggal sendiri dan berjanji takkan mengonsumsi obat tidur, kau jadi sering tak bisa tidur."

"Belum ngantuk."

"Oh, atau mau ku temani dan peluk sampai tidur, seperti yang dilakukan yejun?"

"Ok! Selamat bekerja kin!"

Brak!

Secepat kilat (name) langsung berlari keluar, tepat setelah berseru ia membanting pintu dan kembali berlari menuju rumah.

Lumayan, lari malam.


***

Dan disinilah (name) kini, dijalanan menuju minimarket satu-satunya di kawasan perbukitan yang buka 24 jam. Mungkin jika diluar daerah ini banyak toserba, minimarket, dan supermarket yang buka 24 jam.

ɪʀɪᴅᴇꜱᴄᴇɴᴛ [Lookism]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang