chapter 20: teman

1.1K 222 21
                                    

Ditengah ramainya pelanggan yang didominasi para perempuan, (name) nampak masih asik menyuapi yena. Sesekali janghyun yang dibuat sibuk menengok untuk mengecek keadaan, terkadang ia ikut tersenyum melihat yena tertawa karena tingkah jahil (name) yang sifatnya dianggap langka.

Sore menjelang malam, salon tutup, kebetulan (name) pun harus pulang. Karena khawatir, janghyun menawarkan untuk mengantar, terlebih (name) kan perempuan. Meski tau sebenarnya (name) bisa bela diri. Berhubung (name) pun sudah lelah jadi malas berdebat.

"Kau tak apa?" celetuk Janghyun memecah hening. Manik (e/c) yang semula memperhatikan bintang, kini beralih menubruk manik hitam janghyun. Untuk sejenak mereka saling tatap membuat janghyun dalam hati mengkhawatirkan salah atau tidaknya pertanyaan khawatir tadi.

"Tidak..." Janghyun mengerjap dengan raut terkejut, mulutnya terbuka, tetapi suara tak dibiarkan keluar lantaran (name) mendahului. "...tidak apa-apa." sambung (name) dengan kepala yang kembali menatap langit.

"Sungguh?" tanya janghyun lagi, tak yakin akan jawaban terpotong (name). Setiap saat janghyun selalu merasa tak yakin lantaran ekspresi (name) yang seolah tak mempermasalahkan apapun—selalu datar, membuat nya sulit ditebak.

Tetapi ternyata tidak selalu, (name) bisa ekspresif, tapi hal itu juga yang membuat sikapnya makin-makin sulit ditebak.

"Kau khawatir?"

Benar juga.

Apa janghyun khawatir?

"I-itu..."

Bahkan janghyun pun tak tau kenapa.

Apa ini perasaan khawatir? Tidak, beberapa kali ia merasakan khawatir pada yena. Jelas ini beda. Apa hanya penasaran?

"Hm, mungkin hanya penasaran. Ya, memang sulit jadi (name) yang telah diupgrade. Ah, menurutmu, rasa suka itu muncul karena berdasarkan sikap orangnya bukan?" (Name) dengan tampang datarnya berucap polos sekaligus bertanya yang seketika membuat wajah janghyun berubah bingung.

Bagaimana ia harus menjawab? Dari hatinya pun janghyun bingung.

"Takdir? dan, mungkin iya." sahut janghyun tidak yakin, tetapi jawaban yakin yang kedua itu benar-benar menurutnya di saat teringat cinta pertamanya, (name) menggut-manggut tanda mengerti.

"Ngomong-ngomong, kau hebat bisa bertahan sampai sekarang juga mempertahankan yena meski sulit akan keuangan. Aku kagum..." Senyum hangat tanpa sadar membuat hati ikut menghanghat, "jangan lupa tersenyum, yang tulus! Semangat papa muda~" Dikala (name) mulai berlari menjauh, janghyun terhenti membuat jarak kian menelan sosok masing-masing diradar penglihatan.

"Ya..." Janghyun mengulum senyum dengan hati menghangat. Pandangan tak lepas dari tempat terakhir kali (name) menjauh.

Seharusnya tidak boleh begini.

Tapi, janghyun sudah terlanjur jatuh.

***

"Kenapa kalian begini?! Apa salahku?! Aku tidak mengerti! Kenapa meninggalkanku?! Kenapa semuanya jahat?! Apa aku melakukan kesalahan lagi?! Kumohon bilang! Aku tidak mengerti!!"

Kelopak terbuka cepat, irama jantung yang tadi kian memompa cepat membuat tangan meremat kain di dada. Nafasnya yang tersengal perlahan ditahannya, dihembuskan, lalu ditarik dan kembali berulang sampai dirasa tenang.

ɪʀɪᴅᴇꜱᴄᴇɴᴛ [Lookism]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang